Selain itu, kemiskinan juga dirasakan oleh anak-anak karena orangtua kehilangan pekerjaan. Impitan ekonomi juga membuat kriminalitas semakin tinggi.
”Kita berada dalam masa berakhirnya kesejahteraan ekonomi. Tampaknya kita sudah balik ke tahun 1975,” ujar Ruby Takanishi, kepala Yayasan Pembangunan Anak-anak di Washington, Kamis (4/6). Yayasan ini turut menyusun Indeks Kesejahteraan Anak 2009.
Indeks yang menggunakan data Pemerintah AS itu menggambarkan apa yang terjadi pada anak-anak AS dalam banyak hal, mulai dari kesehatan hingga hubungan sosial.
Pada tahun ini, indeks tersebut memperlihatkan bahwa kesejahteraan anak-anak AS mulai menurun sejak tahun lalu ketika negara besar itu terjerembap ke dalam resesi.
”Dampak krisis ini meluas ke anak-anak karena hilangnya pekerjaan orangtua dan turunnya pendapatan keluarga. Keluarga terpaksa pindah, kehilangan rumah. Semua itu berdampak terhadap kesejahteraan anak-anak,” papar Kenneth Land, koordinator periset indeks tersebut.
Laporan itu memperkirakan kesejahteraan anak-anak masih akan terpengaruh setidaknya hingga tahun 2010 walaupun para ekonom memperkirakan perekonomian akan membaik pada akhir tahun ini.
”Penurunan kesejahteraan anak-anak akan dipengaruhi terutama oleh kemerosotan materi. Jumlah dan persentase anak-anak yang hidup di bawah garis kemiskinan akan naik. Persentase anak-anak dengan satu orangtua berpenghasilan tetap menurun dibandingkan dengan tahun lalu sebagai dampak pemutusan hubungan kerja,” tutur Land.
Rata-rata pendapatan keluarga diproyeksikan menurun karena tingkat pengangguran naik. Keluarga dengan orangtua tunggal yang dikepalai oleh laki-laki merupakan rumah tangga yang paling terpukul.
Penyebabnya, sektor perusahaan yang mengurangi tenaga kerjanya lebih banyak mengorbankan pekerja lelaki, seperti sektor konstruksi. Di sektor tersebut, biasanya sangat jarang melibatkan pekerja perempuan.
Bahaya lain yang dihadapi anak-anak AS adalah kegemukan karena orangtua mengganti makanan sehat dengan makanan cepat saji yang mengandung karbohidrat dan gula tinggi. Sekitar 32 persen anak di AS mengalami kegemukan.