Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Akhir Pekan, Wall Street "Mixed"

Kompas.com - 06/06/2009, 08:12 WIB

WASHINGTON, KOMPAS.com - Saham-saham Wall Street berakhir "mixed" pada Jumat (5/6) waktu setempat. Bursa tak mampu melanjutkan kenaikan awal yang diilhami laporan pekerjaan AS yang kembali menunjukkan sinyal harapan di tengah melemahnya ekonomi, kata para dealer.
    
Indeks Dow Jones Industrial Average ditutup dengan sebuah kenaikan 12,89 poin, atau 0,15 persen, menjadi 8.763,13, setelah pada awal sempat naik hampir 90 poin. Tetapi indeks blue-chip masih mampu bertahan di posisi tetinggi lima bulan, dan menutup satu pekan yang mantap dengan kenaikan tiga persen.
    
Indeks saham teknologi dominan Nasdaq turun tipis 0,60 poin, atau 0,03 persen, menjadi 1.849,42 sementara indeks Standard & Poor’s 500 turun 2,37 poin, atau 0,25 persen, menjadi 940,09.
    
Pasar tampak mengambil sebuah pandangan positif dari laporan departemen tenaga kerja yang menunjukkan tingkat pengangguran AS  melonjak ke posisi tertinggi 26 tahun, 9,4 persen pada Mei, sementara jumlah kehilangan pekerjaan (PHK) melambat lebih baik dari perkiraan 345.000.
    
Laporan tersebut dipertimbangkan sebagai salah satu dari indikator terbaik momentum ekonomi, menawarkan sinyal yang bertentang tentang  melemahnya pasar kerja, namun memberikan kesan bahwa laju pemangkasan pekerja tampak berkurang.
    
Beberapa mengatakan, laporan itu konsisten dengan dugaan "green shoots" dari pemulihan resesi ekonomi sejak akhir 2007. "Sementara ini jumlah kehilangan pekerjaan tampak menipis dalam sembilan bulan terakhir, sebuah sinyal besar dalam buku saya," kata Kevin Giddis, analis di Morgan Keegan
    
"Ini memakan waktu lama untuk terjadi, namun saya mulai yakin bahwa kami telah berbalik, sesuatu yang baik telah terjadi," katanya.
    
Tetapi, Gregory Drahuschak dari Janney Montgomery Scott mengatakan, pasar perlu melihat sinyal bahwa ekonomi sedang tumbuh lagi, tidak melulu turun pada laju yang melambat. "Pasar kemungkinan memasuki sebuah periode dimana laporan tingkat pelambatan penurunan dalam data ekonomi tidak lebih panjang, akan cukup untuk menggerakkan pasar naik dan malah pasar akan perlu melihat perbaikan nyata," kata dia.
    
Elizabeth Harrow dari Schaeffer’s Investment Research mengatakan, ketegangan pasar obligasi juga membebani Wall Street, meningkatkan prospek kenaikan suku bunga dapat merusak upaya pemulihan. "Kekhawatiran inflasi juga menyala kembali hari ini," kata dia. "Dengan ekonomi masih kesulitan dan greenback naik, para investor mencemaskan Federal Reserve mungkin terpaksa untuk menaikkan suku bunga sebelum pemulihan tercapai."
    
Obligasi terpukul dengan imbal hasil (yield) pada obligasi negara AS berjangka 10-tahun naik menjadi 3,862 persen dari 3,716 persen pada Kamis dan pada obligasi negara berjangka 30-tahun meningkat menjadi 4,656 persen dari 4,595 persen. Harga dan yield obligasi bergerak dalam arah berlawanan.
    
Di antara saham-saham dalam fokus, Apple naik 0,65 persen menjadi 144,67 dollar AS setelah melaporkan rencana untuk memperkenalkan versi termurah dari iPhone dan laporan lainnya bahwa  Steve Jobs siap kembali ke posisinya setelah menjalani perawatan medis.
    
Citigroup merosot 3,08 persen menjadi 3,46 dollar AS, setelah Wall Street Journal melaporkan regulator perbankan AS menekankan  untuk sebuah perubahan pada jajaran manajemen puncak raksasa bank tersebut.
    
Wal-Mart naik 0,39 persen menjadi 51,07 dollar AS setelah peritel terbesar dunia ini  mengatakan, meluncurkan program pembelian kembali sahamnya (buy back) senilai 15 miliar dollar AS.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

LKPP: Nilai Transaksi Pemerintah di e-Katalog Capai Rp 196,7 Triliun Sepanjang 2023

LKPP: Nilai Transaksi Pemerintah di e-Katalog Capai Rp 196,7 Triliun Sepanjang 2023

Whats New
?[POPULER MONEY] Kasus Korupsi Timah Seret Harvey Moeis | Pakaian Bekas Impor Marak Lagi

?[POPULER MONEY] Kasus Korupsi Timah Seret Harvey Moeis | Pakaian Bekas Impor Marak Lagi

Whats New
Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Whats New
Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Whats New
Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Whats New
Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Whats New
Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Whats New
Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Whats New
Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Whats New
Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Work Smart
Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Whats New
Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Whats New
Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Whats New
Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Whats New
Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com