Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 17/06/2009, 10:16 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Kurs rupiah terhadap dollar AS di pasar spot antarbank Jakarta, Rabu (17/6) pagi, merosot menjauhi angka Rp 10.200 per dollar AS karena pelaku pasar berlanjut melepas rupiah akibat anjloknya saham dunia yang diikuti pasar regional.

Nilai tukar rupiah turun 55 poin menjadi Rp 10.230-Rp 10.245 per dollar dibanding penutupan hari sebelumnya Rp 10.175-Rp 10.195.

Direktur Retail Banking PT Bank Mega Tbk Kostaman Thayib di Jakarta, Rabu, mengatakan, koreksi terhadap rupiah berlanjut sehingga rupiah terus melewati angka batas psikologis Rp 10.200 per dollar AS. "Kami memperkirakan rupiah akan kembali terpuruk karena sentimen negatif pasar makin menekan," katanya.

Menurut dia, rupiah memang saat ini agak tertekan oleh isu negatif global. Namun, rupiah diperkirakan agak sulit untuk bisa mencapai Rp 10.500 per dollar, seperti perkiraan sebelumnya.
    
Ia mengatakan, rupiah saat ini memang tertekan oleh pasar. Namun, peluang untuk kembali membaik masih besar, hanya menunggu waktu saja. "Kami optimistis, peluang rupiah masih ada. Apabila pelaksanaan pilpres berjalan dengan baik, maka akan memberikan kepercayaan kepada investor asing untuk masuk ke pasar domestik," ucapnya.

Sementara itu, pengamat pasar uang, Farial Anwar, mengatakan, fluktuasi nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat (AS) dalam sepekan terakhir telah mengakibatkan kalangan dunia usaha dan masyarakat menjadi bingung sehingga menimbulkan dampak negatif.

"Kondisi itu telah membuat masyarakat dan dunia usaha menjadi bingung karena rupiah bergerak sangat fluktuatif sehingga dinilai kurang menguntungkan," katanya.

Fenomena itu diperkirakan akan terus berlangsung dan tidak akan pernah berhenti karena Indonesia telah menganut sistem nilai tukar mengambang bebas. Demikian ditambahkannya.

Karena itu, pemerintah harus mengubah sistem nilai tukar mengambang yang diperkenalkan oleh Dana Moneter Internasional (IMF) menjadi sistem nilai tukar terkendali. "Dengan sistem nilai tukar yang mengambang bebas, kita akan terus menghadapi masalah seperti ini. Jadi jangan berharap banyak kalau kita tidak mengubahnya," katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Soal Gas Murah buat Industri, Menteri ESDM: Insya Allah Akan Dilanjutkan

Soal Gas Murah buat Industri, Menteri ESDM: Insya Allah Akan Dilanjutkan

Whats New
Cara Bayar Pajak Daerah secara Online lewat Tokopedia

Cara Bayar Pajak Daerah secara Online lewat Tokopedia

Spend Smart
Apa Itu 'Cut-Off Time' pada Investasi Reksadana?

Apa Itu "Cut-Off Time" pada Investasi Reksadana?

Earn Smart
Mengenal Apa Itu 'Skimming' dan Cara Menghindarinya

Mengenal Apa Itu "Skimming" dan Cara Menghindarinya

Earn Smart
BRI Beri Apresiasi untuk Restoran Merchant Layanan Digital

BRI Beri Apresiasi untuk Restoran Merchant Layanan Digital

Whats New
Kemenhub Tingkatkan Kualitas dan Kompetensi SDM Angkutan Penyeberangan

Kemenhub Tingkatkan Kualitas dan Kompetensi SDM Angkutan Penyeberangan

Whats New
CGAS Raup Pendapatan Rp 130,41 Miliar pada Kuartal I 2024, Didorong Permintaan Ritel dan UMKM

CGAS Raup Pendapatan Rp 130,41 Miliar pada Kuartal I 2024, Didorong Permintaan Ritel dan UMKM

Whats New
Simak Cara Menyiapkan Dana Pendidikan Anak

Simak Cara Menyiapkan Dana Pendidikan Anak

Earn Smart
HET Beras Bulog Naik, YLKI Khawatir Daya Beli Masyarakat Tergerus

HET Beras Bulog Naik, YLKI Khawatir Daya Beli Masyarakat Tergerus

Whats New
Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Lampaui Malaysia hingga Amerika Serikat

Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Lampaui Malaysia hingga Amerika Serikat

Whats New
KKP Terima 99.648 Ekor Benih Bening Lobster yang Disita TNI AL

KKP Terima 99.648 Ekor Benih Bening Lobster yang Disita TNI AL

Rilis
Di Hadapan Menko Airlangga, Wakil Kanselir Jerman Puji Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

Di Hadapan Menko Airlangga, Wakil Kanselir Jerman Puji Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

Whats New
Soal Rencana Kenaikan Tarif KRL, Anggota DPR: Jangan Sampai Membuat Penumpang Beralih...

Soal Rencana Kenaikan Tarif KRL, Anggota DPR: Jangan Sampai Membuat Penumpang Beralih...

Whats New
Menteri ESDM Pastikan Perpanjangan Izin Tambang Freeport Sampai 2061

Menteri ESDM Pastikan Perpanjangan Izin Tambang Freeport Sampai 2061

Whats New
Pertumbuhan Ekonomi 5,11 Persen, Sri Mulyani: Indonesia Terus Tunjukan 'Daya Tahannya'

Pertumbuhan Ekonomi 5,11 Persen, Sri Mulyani: Indonesia Terus Tunjukan "Daya Tahannya"

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com