Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dollar AS Terpuruk, Emas Berkilau

Kompas.com - 23/07/2009, 15:28 WIB

KOMPAS.com — Penurunan emas sebesar 8,8 persen sejak Juni 2009 kini terlihat temporer atau sementara dan menjadi salah satu kesempatan langka. Saham pertambangan emas pun menjadi bersinar, biasanya kenaikan 1 persen pada emas akan memotori kenaikan saham tambang mulai dari 2 persen hingga 3 persen.

Komoditas emas lebih sensitif terhadap siklus ekonomi, contohnya saja kenaikan harga emas secara dramatis dari awal tahun ini, didasari oleh keyakinan recovery ekonomi berbentuk V, antisipasi inflasi yang disebabkan stimulus yang sedang gencar dikucurkan oleh The Fed (Bank Sentral AS), dan kebijakan suku bunga mendekati nol persen yang diadopsi oleh negara maju.

Persediaan (supply)/permintaan (demand) selalu menjadi dukungan kuat bagi harga logam mulia, berdasarkan supply dan demand, ada kemungkinan terbentuk tren searah, cenderung naik ke atas. Dalam 150 tahun terakhir, hanya terjadi 2 kali tren searah, naik terus-menerus. Pertama, terlihat di akhir abad ke-19 dan yang kedua di awal abad ke-20, saat itu kenaikan emas direfleksikan oleh bangkitnya AS sebagai superpower ekonomi global. Kini apakah akan ada tren searah naik yang ketiga kalinya sepanjang sejarah? Kemungkinan itu bisa saja terjadi, jika ekonomi global telah terintegrasi dengan baik satu sama lain seperti China, India serta negara berkembang lainnya yang semakin pesat, seperti Brasil dan Indonesia.

Dalam siklus kenaikan super sebelumnya, supply pada akhirnya selalu memenuhi demand. Pola musiman tampak memengaruhi, harga emas cenderung melemah di musim panas akibat lemahnya permintaan akan perhiasan. Permintaan perhiasan biasanya kembali meningkat di musim gugur, bersamaan dengan musim pernikahan di India, Ramadhan, Natal dan Tahun Baru China.

Di samping itu jika ekonomi semakin menunjukkan kuatnya sinyal recovery dari resesi, The Fed mungkin bakal ragu untuk menarik program stimulus terlalu dini. Pada akhirnya bank sentral akan lebih toleran terhadap sejumlah angka inflasi sebelum mereka mulai menaikkan bunga. Prospek short term interest rate yang cenderung bermain di level rendah ini sangat positif buat nilai emas. Faktor positif lain dapat juga datang dari permintaan investasi–arbitrase, serta peluang menimbun emas di harga yang relatif rendah.

Pelemahan dollar AS terhadap mata uang regional juga menjadi insentif tersendiri bagi emas. Menurut pengamatan kami, setiap depresiasi dollar AS sebesar 1 persen akan berimbas pada kenaikan harga emas sebesar 1,17 persen dan kenaikan minyak mentah dunia sebesar 0,89 persen di jangka pendek. Korelasi mata uang valas dengan komoditas memang tidak selalu konsisten, tetapi rebound emas sejak minggu kedua dalam bulan Juli ini diperkuat oleh pelemahan dollar AS.

Teknikal analisis

Harga emas di 960 dollar AS per troy ounce merupakan swing area atau area penentu di masa sebelumnya, terutama pada bulan Oktober dan November 2008. Jika area 960 dollar AS tidak terbendung maka bukan tidak mungkin kenaikan emas berlanjut ke resistance selanjutnya di kisaran 1.000 dollar AS atau bahkan 1.040 dollar AS per troy ounce, dan bertahan cukup lama di sana.

Sedangkan area 930 dollar AS merupakan swing area penting dalam beberapa bulan terakhir, breakout di bawah level 930 dollar AS berpotensi menuju target 910 dollar AS per troy ounce. Penurunan emas lebih lanjut ke strong support 865 dollar AS baru bisa terjadi jika ekonomi global kembali melambat, tekanan inflasi berkurang, dan terjadi penguatan dollar akibat pengalihan risiko. (CK / Senior Research and Analyst PT Monex Investindo Futures)

Disclaimer:
Informasi apa pun yang dibuat atau diperlihatkan oleh Divisi Research and Analyst PT Monex Investindo Futures bukan merupakan rekomendasi untuk melakukan transaksi jual atau beli. Segala kerugian yang disebabkan oleh informasi yang ditulis bukan merupakan tanggung jawab dari Divisi Research and Analyst PT Monex Investindo Futures.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com