Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

IMF Peringatkan Melonjaknya Utang Negara Maju

Kompas.com - 31/07/2009, 14:45 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Dana Moneter Internasional (IMF), Kamis (30/7) waktu setempat memperingatkan, meningkatnya utang publik negara-negara maju terkemuka dapat menghambat upaya untuk memacu pemulihan ekonomi.

Pertumbuhan tingkat utang dapat merusak kepercayaan investor dan mendorong kenaikan suku bunga, dan  akhirnya membalikkan kenaikan ekonomi, menurut sebuah laporan IMF.

"Dengan menunda penarikan investor kekhawatiran tentang kesinambungan akan meningkat, yang mendorong kenaikan suku bunga pada surat berharga pemerintah, merongrong pemulihan dan meningkatkan risiko ’bola salju’ utang," kata lembaga yang berbasis di Washington.

IMF mengatakan utang publik akan mencerminkan sekitar 120 persen dari produk domestik bruto (PDB) pada 2014 di sembilan negara maju dari Kelompok 20 (G-20). Itu akan mencerminkan kenaikan sebesar 40 persentase poin sejak awal krisis keuangan dan ekonomi global pada tahun 2007.

Laporan menyoroti perkembangan utang di negara-negara Kelompok Tujuh "- Inggris, Kanada, Perancis, Jerman, Italia, Jepang dan Amerika Serikat" - dan Australia dan Korea Selatan, dua negara besar lainnya di G-20.

IMF meminta negara-negara maju untuk berbuat lebih banyak untuk mengurangi defisit anggaran dalam jangka menengah.  "Meskipun neraca fiskal diperkirakan membaik dalam beberapa tahun mendatang karena ekonomi global pulih, prospek utang publik di banyak negara lebih mengkhawatirkan," kata institusi 186 negara itu.
    
Rata-rata rasio utang terhadap PDB negara G-20 yang terdiri dari negara maju dan berkembang, mencapai 62,4 persen pada tingkat pra-krisis tahun 2007, naik menjadi 82,1 persen pada tahun 2009 dan diperkirakan mencapai 86,6 persen pada tahun 2014.

Rata-rata rasio untuk negara-negara maju akan meningkat dari 78,6 persen pada tahun 2007 dan melebihi output 100,6 persen pada tahun ini. Pada 2014, diproyeksikan akan berada pada 119,7 persen. "Meskipun kebijakan fiskal akan terus mendukung kegiatan sampai pemulihan diraih, strategi yang jelas diperlukan untuk konsolidasi neraca fiskal dalam jangka menengah seperti meningkatkan kondisi dan memastikan bahwa solvency (kesanggupan melunasi utang, -red.) terjaga," kata IMF.

IMF, yang telah mendesak negara-negara anggotanya untuk mengadopsi langkah-langkah stimulus untuk memerangi kecenderungan turun ekonomi yang parah, telah menyerukan mereka dalam beberapa bulan terakhir untuk merumuskan formula strategi keluar setelah pemulihan berlangsung.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tutuka Ariadji Lepas Jabatan Dirjen Migas, Siapa Penggantinya?

Tutuka Ariadji Lepas Jabatan Dirjen Migas, Siapa Penggantinya?

Whats New
Panen Jagung bersama Mentan di Sumbawa, Jokowi Tekankan Pentingnya Keseimbangan Harga

Panen Jagung bersama Mentan di Sumbawa, Jokowi Tekankan Pentingnya Keseimbangan Harga

Whats New
Suku Bunga Acuan BI Naik, Peritel Khawatir Bunga Pinjaman Bank Naik

Suku Bunga Acuan BI Naik, Peritel Khawatir Bunga Pinjaman Bank Naik

Whats New
Laba Bank-bank Kuartal I 2024 Tumbuh Mini, Ekonom Beberkan Penyebabnya

Laba Bank-bank Kuartal I 2024 Tumbuh Mini, Ekonom Beberkan Penyebabnya

Whats New
Bank Sentral AS Sebut Kenaikan Suku Bunga Tak Dalam Waktu Dekat

Bank Sentral AS Sebut Kenaikan Suku Bunga Tak Dalam Waktu Dekat

Whats New
Panduan Cara Tarik Tunai Tanpa Kartu ATM BRI Bermodal BRImo

Panduan Cara Tarik Tunai Tanpa Kartu ATM BRI Bermodal BRImo

Spend Smart
PMI Manufaktur April 2024 Turun Jadi 52,9 Poin, Menperin: Ada Libur 10 Hari...

PMI Manufaktur April 2024 Turun Jadi 52,9 Poin, Menperin: Ada Libur 10 Hari...

Whats New
Siapa Hendry Lie, Pendiri Sriwijaya Air yang Jadi Tersangka Korupsi Timah Rp 271 Triliun?

Siapa Hendry Lie, Pendiri Sriwijaya Air yang Jadi Tersangka Korupsi Timah Rp 271 Triliun?

Whats New
Inflasi Lebaran 2024 Terendah dalam 3 Tahun, Ini Penyebabnya

Inflasi Lebaran 2024 Terendah dalam 3 Tahun, Ini Penyebabnya

Whats New
Transformasi Digital, BRI Raih Dua 'Award' dalam BSEM MRI 2024

Transformasi Digital, BRI Raih Dua "Award" dalam BSEM MRI 2024

Whats New
Emiten Buah Segar BUAH Targetkan Pendapatan Rp 2 Triliun Tahun Ini

Emiten Buah Segar BUAH Targetkan Pendapatan Rp 2 Triliun Tahun Ini

Whats New
SYL Gunakan Anggaran Kementan untuk Pribadi, Stafsus Sri Mulyani: Tanggung Jawab Masing-masing Kementerian

SYL Gunakan Anggaran Kementan untuk Pribadi, Stafsus Sri Mulyani: Tanggung Jawab Masing-masing Kementerian

Whats New
Saat Sri Mulyani Sampai Turun Tangan Urusi Kasus Alat Tunanetra SLB yang Tertahan Bea Cukai

Saat Sri Mulyani Sampai Turun Tangan Urusi Kasus Alat Tunanetra SLB yang Tertahan Bea Cukai

Whats New
Emiten Manufaktur Kosmetik VICI Catat Pertumbuhan Laba Bersih 20 Persen Menjadi Rp 47,1 Miliar pada Kuartal I-2024

Emiten Manufaktur Kosmetik VICI Catat Pertumbuhan Laba Bersih 20 Persen Menjadi Rp 47,1 Miliar pada Kuartal I-2024

Whats New
Jalankan Fungsi Perlindungan Masyarakat, Bea Cukai Banten Berantas Peredaran Barang Ilegal

Jalankan Fungsi Perlindungan Masyarakat, Bea Cukai Banten Berantas Peredaran Barang Ilegal

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com