Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Alamak... Dana RI yang Parkir di Luar Negeri Melonjak 234 Persen

Kompas.com - 20/08/2009, 08:28 WIB

JAKARTA,KOMPAS.com - Pengusaha Indonesia makin senang memarkir dana mereka di luar negeri. Bank Indonesia (BI) mencatat, dollar milik perusahaan dan bank lokal yang tersimpan di bank mancanegara per akhir kuartal II-2009 sebesar 2,692 miliar dollar AS, lebih dari tiga kali lipat nilainya di akhir triwulan I-2009, sebesar  811 juta dollar AS.

Ini jelas memprihatinkan. Ketika bankir lokal mengeluhkan betapa ketatnya likuiditas dollar di dalam negeri, valas milik institusi dan individu Indonesia malah mengeram di luar negeri dalam jumlah yang sangat besar.

Tapi apa boleh buat, Indonesia adalah negara penganut rezim devisa bebas yang paling liberal sedunia. Jadi, tak ada apa pun yang bisa kita lakukan untuk mencegahnya.

Simpanan para pengusaha dan bankir lokal di luar negeri tersebut bisa berbentuk trade finance maupun deposito milik para eksportir. Ekonom Danareksa Research Institute Purbaya Yudhi Sadewa memperkirakan, lonjakan simpanan valas milik Indonesia yang mendekam di luar negeri terjadi karena selama kuartal II-2009 ada peningkatan ekspor. "Namun pembayaran uangnya masih ada jarak waktu," ujarnya.

Jika saja, sebagian besar hasil ekspor itu masuk ke Indonesia, kurs rupiah bisa lebih perkasa lagi. Sementara saat ini rupiah justru terpuruk karena penguatan dollar.

BI sendiri bahkan tak melihat hal ini sebagai sebuah persoalan. Gubernur Bank Indonesia Hartadi Sarwono menilai, kenaikan simpanan di luar negeri tidak selalu berarti negatif. "Bisa jadi karena kebutuhan dana untuk investasi berkurang, maka banyak pengusaha yang menunda pemindahan duit ke dalam negeri," ujarnya.

Sedangkan Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO) Sofyan Wanandi menduga, peningkatan dana yang parkir di luar negeri terjadi karena pebisnis bersiap-siap melakukan belanja modal, seperti mesin. "Saya lihat banyak pengusaha yang menaikkan ekspansi bisnis batubara. Tak aneh bila mereka ingin membeli mesin-mesin baru," ujarnya. Sofyan menduga tidak cuma swasta yang melakukan langkah ini, tapi juga BUMN. (Ruisa Khoiriyah, Fransiska Firlana , Abdul Wahid Fauzi, Herlina KD/Kontan

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com