Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ostrom dan Williamson, Momentum Kedua Ronald Coase

Kompas.com - 15/10/2009, 20:34 WIB

oleh Harris Turino  

Ada sesuatu yang berbeda antara pemenang hadiah Nobel bidang ekonomi dalam dua tahun terakhir ini dengan beberapa tahun sebelumnya. Dalam dua dekade terakhir, para pemenang umumnya dihargai karena kontribusi mereka dalam memaksimalkan economic welfare, seperti game theory, market equilibrium, option theory, incentive, econometrica, dan optimum currency.

Namun tahun 2008 lalu, Paul Krugman terpilih sebagai pemenang karena pemikirannya yang sangat kritis terhadap kebijakan pemerintah, termasuk meramalkan akan pecahnya gelembung finansial.

Sedangkan tahun ini, duet Ostrom-Williamson menunjukkan model tata kelola yang lebih efektif (yaitu self-governance) dibanding menyerahkannya pada mekanisme pasar, privatisasi atau kebijakan pemerintah yang sering tidak berpihak ke masyarakat sosial. Apakah ini berarti dunia mulai menyadari bahwa laissez-faire secara penuh tidak memberikan hasil optimal?

Timbulnya krisis ekonomi global yang dampaknya mungkin setara dengan great depression tahun 1930-an, membuat dunia mulai memikirkan ulang bagaimana membangun sistem ekonomi global yang lebih efektif, terutama dalam hal pengelolaan sumber daya bersama (common pool).

Penulis berpendapat bahwa para pemimpin dunia membutuhkan perspektif baru untuk merumuskan kebijakan ekonominya. Pertemuan G-20 yang telah beberapa kali diadakan mengindikasikan perlunya intervensi pemerintah lebih jauh dalam bidang fiskal dan moneter.

Kontribusi Ostrom dan Williamson mungkin atau diharapkan bisa mengisi gap tersebut. Bila hal ini benar, maka kemenangan duet Profesor tersebut salah satunya dipicu oleh momentum yang tepat, sama seperti halnya Paul Krugman tahun lalu.

Kalau dirunut kembali ke belakang, karya Ostrom dan Williamson sebenarnya diinspirasi secara dominan oleh seorang jenius dari masa lalu (walaupun bukan satu-satunya), yaitu Ronald H. Coase. Tahun 1937 dalam jurnalnya The Nature of The Firm, Coase mencetuskan teori revolusioner dalam melihat sebuah perusahaan, yaitu Transaction Cost (penyempurnaan dari skripsi S1-nya tahun 1932).

Teori ini kemudian dikembangkan menjadi Transaction Cost Economic oleh Williamson yang merinci secara spesifik kapan aktivitas harus diregulasi oleh mekanisme pasar, kapan harus diinternalisasi, dan bagaimana bentuk kontraktualnya. Berdasarkan teori transaction cost, Coase menerbitkan jurnal berikutnya The Problem of Social Cost (1960). Teori ini kemudian memberikan kontribusi besar dalam penelitian yang dilakukan Ostrom, common property.

Teori-teori yang dicetuskan Coase sering disebut melewati zamannya. Mungkin karena terlalu revolusioner, hanya sedikit peneliti yang mengembangkan idenya itu saat itu, sehingga pembuktian empiris baru mulai banyak dilakukan menjelang tahun 1970-an.

Selain Ostrom dan Williamson, teori transaction cost juga menginspirasi beberapa disiplin ilmu lain, misalnya The Theory of Growth of The Firm (Penrose, 1959) yang kemudian berkembang menjadi Resource-Based View (Barney, 1986).

Atas jasanya, Coase akhirnya menerima hadiah Nobel tahun 1991, pada usia 81 tahun, atau tepatnya 54 tahun setelah karya fenomenal pertamanya. Karena itu penulis berpendapat bahwa terpilihnya Ostrom dan Williamson sebagai pemenang Nobel merupakan momentum kemenangan kedua bagi Coase.

 
Harris Turino, Kandidat Doktor Strategic Management, Faculty Member Prasetiya Mulya Business School, dan pelaku bisnis

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

BCA Finance Buka Lowongan Kerja untuk D3-S1 Semua Jurusan, Cek Syaratnya

BCA Finance Buka Lowongan Kerja untuk D3-S1 Semua Jurusan, Cek Syaratnya

Work Smart
Pemerintah Sebut Tarif Listrik Seharusnya Naik pada April hingga Juni 2024

Pemerintah Sebut Tarif Listrik Seharusnya Naik pada April hingga Juni 2024

Whats New
Jasa Marga: 109.445 Kendaraan Tinggalkan Jabotabek Selama Libur Panjang Paskah 2024

Jasa Marga: 109.445 Kendaraan Tinggalkan Jabotabek Selama Libur Panjang Paskah 2024

Whats New
Survei Prudential: 68 Persen Warga RI Pertimbangkan Proteksi dari Risiko Kesehatan

Survei Prudential: 68 Persen Warga RI Pertimbangkan Proteksi dari Risiko Kesehatan

Earn Smart
7 Contoh Kebijakan Fiskal di Indonesia, dari Subsidi hingga Pajak

7 Contoh Kebijakan Fiskal di Indonesia, dari Subsidi hingga Pajak

Whats New
'Regulatory Sandbox' Jadi Ruang untuk Perkembangan Industri Kripto

"Regulatory Sandbox" Jadi Ruang untuk Perkembangan Industri Kripto

Whats New
IHSG Melemah 0,83 Persen dalam Sepekan, Kapitalisasi Pasar Susut

IHSG Melemah 0,83 Persen dalam Sepekan, Kapitalisasi Pasar Susut

Whats New
Nasabah Bank DKI Bisa Tarik Tunai Tanpa Kartu di Seluruh ATM BRI

Nasabah Bank DKI Bisa Tarik Tunai Tanpa Kartu di Seluruh ATM BRI

Whats New
Genjot Layanan Kesehatan, Grup Siloam Tingkatkan Digitalisasi

Genjot Layanan Kesehatan, Grup Siloam Tingkatkan Digitalisasi

Whats New
Pelita Air Siapkan 273.000 Kursi Selama Periode Angkutan Lebaran 2024

Pelita Air Siapkan 273.000 Kursi Selama Periode Angkutan Lebaran 2024

Whats New
Puji Gebrakan Mentan Amran, Perpadi: Penambahan Alokasi Pupuk Prestasi Luar Biasa

Puji Gebrakan Mentan Amran, Perpadi: Penambahan Alokasi Pupuk Prestasi Luar Biasa

Whats New
Pengertian Kebijakan Fiskal, Instrumen, Fungsi, Tujuan, dan Contohnya

Pengertian Kebijakan Fiskal, Instrumen, Fungsi, Tujuan, dan Contohnya

Whats New
Ekspor CPO Naik 14,63 Persen pada Januari 2024, Tertinggi ke Uni Eropa

Ekspor CPO Naik 14,63 Persen pada Januari 2024, Tertinggi ke Uni Eropa

Whats New
Tebar Sukacita di Bulan Ramadhan, Sido Muncul Beri Santunan untuk 1.000 Anak Yatim di Jakarta

Tebar Sukacita di Bulan Ramadhan, Sido Muncul Beri Santunan untuk 1.000 Anak Yatim di Jakarta

BrandzView
Chandra Asri Bukukan Pendapatan Bersih 2,15 Miliar Dollar AS pada 2023

Chandra Asri Bukukan Pendapatan Bersih 2,15 Miliar Dollar AS pada 2023

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com