Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Inilah Program 100 Hari Tim Ekonomi

Kompas.com - 23/10/2009, 09:07 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — ”Pekerjaan besar belum selesai,” demikian penggalan dari sambutan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono seusai dilantik, Selasa (20/10). Sebuah ungkapan bahwa para menteri, khususnya menteri-menteri ekonomi, punya tugas besar menyelesaikan pekerjaan besar yang belum tuntas itu.

Berikut beberapa menteri ekonomi Kabinet Indonesia Bersatu II, Kamis di Jakarta, memaparkan tekad mereka menyelesaikan tugas besar tadi, khususnya dalam 100 hari mendatang

Menteri Pertanian Suswono

Menteri Pertanian Suswono menyatakan, dalam 2,5 bulan ke depan pihaknya akan memprioritaskan audit lahan pertanian. ”Selama ini luas lahan baku pertanian (untuk komoditas padi) selalu disebutkan 7 juta hektar. Apa itu benar? Padahal, menurut data alih fungsi lahan pertanian ke nonpertanian, tiap tahun mencapai 100.000 hektar dan pencetakan sawah baru minim,” ujar lulusan sarjana peternakan IPB itu.

Dengan mengetahui luas lahan baku yang sesungguhnya, akan memudahkan mengambil kebijakan yang tepat. ”Kalau dananya memungkinkan, ini bagian dari langkah strategis yang akan saya lakukan,” ungkap master di bidang manajemen agribisnis IPB ini.

Selain audit lahan, Suswono menjanjikan akan menambah lahan garapan petani. Selama ini rata-rata lahan garapan petani 0,3 hektar. Dengan luas lahan garapan sesempit itu, tidak mungkin petani bisa kaya.

”Tentu harus ada peningkatan status dan luas garapan lahan petani, caranya dengan melakukan reforma agraria. Meski tidak berarti petani harus memiliki lahan tersebut, tetapi setidaknya ada peningkatan lahan garapan. Idealnya lahan garapan petani 2 hektar,” jelas Suswono. Dia akan bekerja sama dengan Badan Pertanahan Nasional.

Dan yang tidak kalah pentingnya adalah mendorong peningkatan nilai tambah dari komoditas petani. Selama ini produk pertanian yang dijual atau ekspor dalam bentuk komoditas primer, yang tidak memberikan nilai tambah dan menumbuhkan industri pengolahan.

Indonesia harus memiliki industri pascapanen yang unggul, yang mengolah produk-produk pertanian lokal supaya berdaya saing dan menciptakan nilai tambah. Visi pertanian yang akan dicanangkan Suswono adalah Pertanian Industrial Unggul Berkelanjutan, yang Berbasis Sumber Daya Lokal untuk Meningkatkan Nilai Tambah, Daya Saing, dan Kesejahteraan Petani.

Menperin Mohamad Suleman (MS) Hidayat

MS Hidayat menargetkan tingkat pertumbuhan industri dalam 5 tahun mencapai 6 persen. ”Hal tersebut bisa dicapai dengan menguatkan pembangunan infrastruktur, ketahanan pangan dan energi, serta komunikasi dan birokrasi,” tegasnya.

Tiga sektor industri unggulan yang bisa dimaksimalkan dalam mewujudkan target tersebut adalah kelompok industri tekstil dan elektronik, logam, dan industri kreatif berbasis budaya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com