Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

MTV: Apakah Masih Ada?

Kompas.com - 28/11/2009, 19:53 WIB

KOMPAS.com - Beberapa dari Anda mungkin adalah bagian dari MTV generation. Sebuah label generasi untuk orang yang lahir antara tahun 1975-1986, yang masa remaja atau pendewasaannya cenderung dipengaruhi oleh budaya pop yang disiarkan oleh MTV yang muncul pada tahun 1981.
Generasi ini merupakan saksi hidup yang melihat perkembangan teknologi di akhir 1980an dan sepanjang dekade 1990an mulai dari TV satelit, pager, komputer, video game, internet, dan kemudian handphone. Bisa dibilang generasi ini pada umumnya cenderung technology savvy.

Generasi ini memiliki apresiasi tinggi terhadap musik, film, fashion dan tren lainnya yang berkembang di era tersebut. Bisa dibilang nilai-nilai psikografis, gaya-hidup, perspektif pemikiran, dan attitude mereka dibentuk oleh apa yang ditonton di MTV ketika mereka beranjak dewasa.
Hari-hari di masa remaja mereka lewati dengan menonton idola mereka di channel tersebut mulai dari video jockey (VJs) sampai artis yang beken saat itu mulai dari yang ngepop seperti Cindy Lauper, Prince, Madonna sampai yang metal seperti Metallica dan Guns N Roses.

Anggota generasi ini sekarang sudah beranjak dewasa, dan banyak diantara mereka yang bahkan tidak lagi nonton MTV. Kenapa? Alasannya tentu banyak. Selain tidak punya waktu untuk nonton TV, sekarang juga banyak media lain untuk mengkonsumsi musik. Apalagi musik yang ditampilkan di MTV saat ini toh sudah tidak sesuai lagi dengan selera mereka. Jika dilihat dari konten yang disodorkannya sekarang, MTV memang lebih dari sekedar musik. Ia begitu ikonik, menjadi bagian dari budaya pop, sehingga mengklarifikasi bahwa ia sesungguhnya adalah bagian dari komunitas budaya pop di jaman globalisasi.

Di awal tahun ini, MTV melepas embel ”Music Television” di logo-nya. Hal ini dikarenakan seiring perkembangan jaman bahwa ia tidak lagi tentang musik. Meskipun dilahirkan, diinspirasi, dan didorong oleh musik, dengan melepas embel-embel ”Music Television” ini mereka mencoba mengatakan bahwa mereka tidak dilimitasi oleh musik itu sendiri. Dan tentunya bukan saja musik yang ia ingin tinggalkan, tapi juga Televisi. Satu hal yang ia coba adalah untuk membentuk sebuah kohort generasi baru, sebut saja ”Generasi MTV 2.0”

Ketika dominasi media massa yang bersifat broadcast seperti TV dirobohkan oleh media horizontal seperti blog, podcast, social networking, Facebook, dan YouTube, MTV pun mulai mengeliat. Ketika dominasi MTV sebagai ikon anak muda kian tersaingi oleh media horizontal yang lebih funky dan techy seperti MySpace, MTV pun mulai menggeliat.

Seiring dengan perjalanan waktu, MTV memang semakin mengadopsi tren horisontalisasi di dunia pemasaran. Tidak bisa lagi ia membroadcast secara vertikal, namun menghorisontalkan diri dengan menjadi komunitas yang sifatnya web di dunia online dan offline. Untuk menjadikan komunitas bersifat web-nya secara solid, ia memiliki faktor penarik (pooling factor) yang sangat kuat yaitu budaya pop. Artinya siapapun yang suka akan budaya pop bisa ikut ke komunitas mereka. Selain memiliki pooling factor yang kuat, ia juga punya hub yang tersebar di mana-mana, sebut saja para pembawa acara, dan juga para artis yang diajak nongkrong bareng secara on dan offline, on dan offair.

Meskipun berubah, rohnya MTV tetap sama, bahwa ia adalah bagian dari sebuah budaya pop, yang membentuk nilai-nilai psikografis, gaya-hidup, perspektif pemikiran, dan perilaku dari para pengikutnya yaitu komunitas pencinta budaya pop. Ia menjadi sebuah klaster, tempat di mana segala sesuatu yang berhubungan dengan budaya pop ada di sana, mulai dari pekerja, produser, sampai penikmat budaya pop menyatu di sana. Maka tak heran kalau di tengah pergantian jaman, karakter MTV tetap konsisten sampai sekarang, bahwa ia selalu menjadi bagian dari generasi anak muda dan budaya pop.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com