Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ini Dia Ukuran yang Dipakai BI Menilai Dampak Kasus Bank Century

Kompas.com - 29/11/2009, 20:28 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Bank Indonesia (BI) mengungkapkan bahwa penetapan Bank Century dikategorikan sebagai bank gagal yang ditengarai berdampak sistemik sesuai dengan metodologi (alat ukur) yang ditetapkan. BI dalam siaran persnya, Minggu (29/11), menyebutkan alat metodologi BI dalam menilai suatu bank ditengarai berdampak sistemik ada lima aspek.

Kelima aspek dalam menganalisa bank gagal yang ditengarai sistemik yaitu, institusi Keuangan, pasar keuangan, sistem pembayaran, sektor riil, dan psikologi pasar. Dengan menggunakan analisis tersebut, BI menilai bahwa Bank Century mengalami kesulitan likuiditas sejak pertengahan Juli 2008 ditandai dengan telah terjadinya pelanggaran GWM (giro wajib minimum) beberapa kali.

Selain itu, BI juga mengungkapkan bahwa bank tersebut mengalami gagal kliring pada 13 November 2008 karena faktor teknis berupa keterlambatan penyetoran prefund. Kondisi Bank Century telah memicu rumor yang menurunkan kepercayaan masyarakat serta mengganggu kinerja bank-bank lainnya. Walaupun gangguan (shock) di sektor keuangan dan perbankan masih bersifat sporadis, pada saat yang bersamaan terdapat 23 bank dan beberapa BPR yang kondisi likuiditasnya sangat rentan terhadap adanya isu-isu tersebut.

Dengan kondisi ini, BI mengkhawatirkan eskalasi permasalahan menjadi lebih cepat dan berpotensi menjalar ke bank-bank lainnya. BI juga melihat kondisi sistem keuangan dan sektor riil juga dijadikan lat ukur untuk menetapkan Bank Century akan berdampak sistemik.
Dengan kondisi ekonomi dan keuangan global yang terus memburuk, kondisi sistem keuangan domestik terus tertekan, ditandai oleh melemahnya IHSG dan cenderung menurunnya harga SUN (Surat Utang Negara), terdapat potensi terjadinya capital flight (modal keluar) karena tidak adanya sistem penjaminan penuh (full guarantee) di Indonesia.

Selain itu, kondisi neraca pembayaran terus tertekan, cadangan devisa menurun, diikuti oleh meningkatnya "country risk" (resiko negara) Indonesia dan terus melemahnya nilai tukar Rupiah.
Permintaan domestik masih relatif kuat, meskipun telah terdapat tanda-tanda mulai melemah dalam kuartal ketiga 2008 yang diharapkan dapat mengurangi impor, namun peningkatan pembayaran utang luar negeri dalam kuartal keempat 2008 perlu diwaspadai, khususnya terhadap ketersediaan dolar AS dan kestabilan nilai tukar.

Selain itu pelemahan kegiatan ekonomi berpotensi meningkatkan kredit bermasalah.
Kondisi sektor swasta juga memburuk, dimana berbagai informasi menunjukkan bahwa sektor swasta sedang mempertimbangkan berbagai penyesuaian dalam bentuk kenaikan upah buruh, peningkatan biaya produksi dan pemutusan hubungan kerja.

Dengan analisa tersebut, maka dalam Rapat KKSK (Komite Kebikan Sektor Keuangan) menyelamatkan Bank Century pada 20 November 2008.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Dukung Ekonomi Hijau, Karyawan Blibli Tiket Kumpulkan 391,96 Kg Limbah Fesyen

Dukung Ekonomi Hijau, Karyawan Blibli Tiket Kumpulkan 391,96 Kg Limbah Fesyen

Whats New
Relaksasi Aturan Impor, Sri Mulyani: 13 Kontainer Barang Bisa Keluar Pelabuhan Tanjung Priok Hari Ini

Relaksasi Aturan Impor, Sri Mulyani: 13 Kontainer Barang Bisa Keluar Pelabuhan Tanjung Priok Hari Ini

Whats New
Produsen Refraktori BATR Bakal IPO, Bagaimana Prospek Bisnisnya?

Produsen Refraktori BATR Bakal IPO, Bagaimana Prospek Bisnisnya?

Whats New
IHSG Menguat 3,22 Persen Selama Sepekan, Ini 10 Saham Naik Paling Tinggi

IHSG Menguat 3,22 Persen Selama Sepekan, Ini 10 Saham Naik Paling Tinggi

Whats New
Mengintip 'Virtual Assistant,' Pekerjaan yang Bisa Dilakukan dari Rumah

Mengintip "Virtual Assistant," Pekerjaan yang Bisa Dilakukan dari Rumah

Work Smart
Tingkatkan Kinerja, Krakatau Steel Lakukan Akselerasi Transformasi

Tingkatkan Kinerja, Krakatau Steel Lakukan Akselerasi Transformasi

Whats New
Stafsus Sri Mulyani Beberkan Kelanjutan Nasib Tas Enzy Storia

Stafsus Sri Mulyani Beberkan Kelanjutan Nasib Tas Enzy Storia

Whats New
Soroti Harga Tiket Pesawat Mahal, Bappenas Minta Tinjau Ulang

Soroti Harga Tiket Pesawat Mahal, Bappenas Minta Tinjau Ulang

Whats New
Tidak Kunjung Dicairkan, BLT Rp 600.000 Batal Diberikan?

Tidak Kunjung Dicairkan, BLT Rp 600.000 Batal Diberikan?

Whats New
Lowongan Kerja Pamapersada untuk Lulusan S1, Simak Persyaratannya

Lowongan Kerja Pamapersada untuk Lulusan S1, Simak Persyaratannya

Work Smart
Menakar Peluang Teknologi Taiwan Dorong Penerapan 'Smart City' di Indonesia

Menakar Peluang Teknologi Taiwan Dorong Penerapan "Smart City" di Indonesia

Whats New
Harga Emas Terbaru 18 Mei 2024 di Pegadaian

Harga Emas Terbaru 18 Mei 2024 di Pegadaian

Spend Smart
Saat Sri Mulyani Panjat Truk Kontainer yang Bawa Barang Impor di Pelabuhan Tanjung Priok...

Saat Sri Mulyani Panjat Truk Kontainer yang Bawa Barang Impor di Pelabuhan Tanjung Priok...

Whats New
Cara Langganan Biznet Home, Biaya, dan Area Cakupannya

Cara Langganan Biznet Home, Biaya, dan Area Cakupannya

Spend Smart
9,9 Juta Gen Z Tak Bekerja dan Tak Sedang Sekolah, Menko Airlangga: Kita Cari Solusi...

9,9 Juta Gen Z Tak Bekerja dan Tak Sedang Sekolah, Menko Airlangga: Kita Cari Solusi...

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com