Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sulit Bersaing dengan Produk China

Kompas.com - 17/12/2009, 00:14 WIB


JAKARTA, KOMPAS.com - Ekonom BNI Tony Prasetyantono mengatakan, Indonesia akan sulit bersaing dengan masuknya produk China akibat perjanjian perdagangan bebas (Free Trade Agreement) antar ASEAN dengan China.

"Sulit mencari ’win-win solution’ dari perjanjian ini, mungkin yang ada ’win-lose’ karena produk-produk kita mirip dengan produk yang diproduksi China," ujarnya seusai paparan kinerja ekonomi kuartal keempat Indonesia di Jakarta, Rabu.

Ia menambahkan dengan banyaknya produk-produk yang mirip tersebut membuat produk dari Indonesia dapat kalah bersaing, apalagi barang tersebut memiliki kualitas yang hampir sama.

"Kalau produk asal China merupakan barang pengganti (substitusi) bukan barang yang memiliki fungsi dan manfaat yang sama (complementary), saya rasa kita bisa bersaing secara kompetitif," ujarnya.

Menurut dia, produk asal China yang akan bersaing dengan produk lokal adalah manufaktur dimana kualitas dan harga tidak jauh berbeda antara satu sama lain. "Perjanjian ini banyak ’cost’ yang dihasilkan daripada membawa manfaat," ujarnya.

Dirjen Bea dan Cukai Departemen Keuangan Anwar Suprijadi mengungkapkan bahwa pelaksanaan perjanjian perdagangan bebas (FTA) berpotensi menurunkan penerimaan negara dari kepabeanan hingga mencapai sekitar Rp 15 triliun. "Kira-kira ’potential loss’-nya sampai Rp15 triliun," ujarnya.

Ia menyebutkan, dengan potensi kehilangan yang besar itu maka akan ada perubahan penerimaan dalam APBN 2010. APBN 2010 menetapkan target penerimaan bea masuk (BM) sebesar Rp19,6 triliun, sementara APBN 2009 sebesar Rp16,12 triliun. "Nanti perubahannya di APBN Perubahan, tapi sekarang saya masih pegang yang APBN 2010. Kami tidak mendahului, nanti disalahkan," katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com