Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kopi Luwak, dari Tanam Paksa ke Oprah

Kompas.com - 19/12/2010, 12:09 WIB

KOMPAS.com — Kehadiran kopi luwak di Tanah Air adalah sebuah ironi. Pada era cultuurstelsel atau tanam paksa, kopi luwak merupakan ”obat” pelipur lara bagi para petani yang terjajah Belanda. Namun, kini menjelma menjadi komoditas papan atas, yang harga jualnya di pasar internasional bisa mencapai Rp 32 juta per kilogram.

Tak perlu heran jika presenter ternama yang juga pengusaha, Oprah Winfrey, mengulas kenikmatan kopi yang satu ini dalam acaranya, Oprah Winfrey Show, yang ditayangkan salah satu televisi Amerika Serikat. ”Cita rasanya unik dan lezat,” demikian komentarnya, meski nyaris tersedak saat mengetahui cara pembuatannya.

Awal abad ke-19, sejumlah petani di Tanah Air, khususnya di Lampung, dipaksa menanam kopi sebagai komoditas andalan. Mereka lalu diwajibkan menyetorkan semua hasil panen kepada Pemerintah Kolonial Belanda. Suatu ketika mereka menemukan sebuah cara untuk menikmati kopi hasil panen tersebut.

”Caranya dengan ngelahang (mengumpulkan) kopi yang jatuh di tanah, termasuk yang berupa kotoran luwak,” kata Sukardi (34), perajin kopi luwak di Way Mengaku, Liwa, Kabupaten Lampung Barat, Lampung, menceritakan sejarah panjang kemunculan kopi luwak di daerahnya.

Ratusan tahun berjalan hingga kini kebiasaan ngelahang kopi luwak itu dilakukan segelintir petani kopi di Lampung Barat dan Sumatera Selatan. Bagi Minariah (39), petani kopi di Liwa, menikmati kopi luwak hasil ngelahang adalah sebuah kenikmatan tersendiri.

Brangkalan (biji-biji kopi yang masih tercampur kotoran luwak) biasanya banyak ditemukan saat musim panen (kopi). Bisa di dahan, batang, atau tanah. Saya kumpulkan, digiling, lalu diminum sendiri karena memang jumlahnya tidak banyak,” papar Minariah.

Kopi luwak hutan. Demikian warga Liwa menyebut kopi luwak yang diperoleh dari alam itu. Komoditas yang satu ini memiliki rasa yang sangat unik. Aromanya sangat tajam, gurih, dan tidak terlalu asam.

Di pasaran, kopi luwak hutan dijajakan dengan rasa yang beragam, bahkan ada yang ditambah aroma tanah yang eksotis.

Kekhasan kopi luwak, antara lain, karena di dalam organ pencernaan hewan tersebut kopi mengalami fermentasi secara alamiah oleh enzim-enzim yang dihasilkan bakteri. Enzim terkait ternyata mengurangi kadar keasaman biji-biji kopi.

”Proses itu juga menurunkan kadar kafein secara tajam pada kopi. Jadi, orang yang minum kopi luwak sehari 10 gelas pun tidak masalah. Tidak merusak tubuh,” kata Sukardi setengah mempromosikan kopi luwak.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com