JAKARTA, KOMPAS.com - Derasnya modal masuk (capital inflow) di tahun 2010 ternyata hanya dimanfaatkan pemerintah untuk investasi portfolio dalam jangka pendek. Padahal, menurut Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI), derasnya modal masuk seharusnya digunakan sebagai sumber pembiayaan investasi.
Arus deras ini juga dikhawatirkan dapat membuat Indonesia mengalami gelembung ekonomi dan meningkatkan resiko pembalikan arus modal. Sekjen ISEI Anggito Abimanyu mengatakan nilai rupiah di level Rp 8.700-9.000 per dolar AS masih kompetitif secara regional. Dengan demikian BI dapat mengurangi intervensi di pasar valas.
Namun, pemerintah harus memanfaatkan kelebihan cadangan devisa untuk mengurangi kewajiban utang atau untuk pembiayaan jangka panjang. Selain itu, lanjutnya, langkah-langkah administratif oleh Bank Indonesia, seperti perpanjangan waktu kepemilikan SBI, kenaikan Giro Wajib Minimum, dan restriksi kepada pihak asing, pengaturan lalu lintas devisa dan monitoring kepada arus modal asing perlu dikomunikasikan kepasa pelaku ekonomi. "Di sisi fiskal, pemerintah harus lebih aktif dengan instrumen obligasi yang lebih variatif untuk menarik dana-dana inflow," katanya di Hotel Nikko, Senin (20/12/2010).
Namun meningkatnya persaingan menarik dana internasional harus diimbangi dengan dorongan kepada perusahaan untuk IPO saham serta memperbaiki persiapan dan proses IPO saham BUMN. Bersamaan dengan itu, lanjut Anggito, pemerintah harus terus memperbaiki kebijakan menarik investasi, terutama modal asing. Pemerintah juga harus terus mendorong pertumbuhan ekspor dan melakukan pengendalian impor barang konsumsi.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.