Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Minyak Naik 1 Dollar, Subsidi Naik Rp 2,6 T

Kompas.com - 28/12/2010, 07:46 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Pemerintah meyakini siap mengantisipasi potensi kenaikan harga minyak mentah. Selain nilai tukar rupiah, volatilitas bahan pangan dan energi menjadi faktor yang telah diperhitungkan pemerintah dalam upaya memastikan inflasi tetap terjaga.

Pemerintah juga optimistis hal itu tidak akan berdampak pada ekspektasi pertumbuhan ekonomi tahun 2011. Menteri Perekonomian Hatta Rajasa mengemukakan hal itu saat ditemui seusai rapat kabinet terbatas bidang perekonomian di Kantor Presiden, Jakarta, Senin (27/12/2010).

"Kita tidak bisa menganggap bahwa harga minyak mentah pada tahun 2011 akan stay pada 90 atau 100 dollar AS per barrel karena harga minyak mentah ini sangat fluktuatif. Tetapi, kita juga tentu memiliki policy response kalau harganya memang di atas itu," ujar Hatta.

Meski demikian, ia menegaskan, kebijakan yang merespons bila tren harga minyak terus meninggi itu bukan lantas berupa kenaikan harga bahan bakar minyak di dalam negeri. Menurut Hatta, belum ada pemikiran pemerintah ke arah itu. "Kita mencermati harga pangan seperti apa, harga energi juga. Ada simulasinya, policy response-nya apa," ujarnya.

Mengantisipasi potensi kenaikan harga minyak, Hatta mengatakan, pemerintah menyiapkan langkah dari sisi suplai dan permintaan.

Dari sisi suplai, pemerintah berkomitmen mendorong sepenuhnya peningkatan produksi minyak. Sementara di sisi permintaan dilakukan pengelolaan antara lain melalui pembatasan penggunaan BBM bersubsidi. ”Supply kita tingkatkan, demand-nya kita kelola supaya tidak terjadi pemborosan. Jangan kalau terjadi kenaikan selalu bicaranya seperti panik, otomatis apakah dinaikkan BBM, enggak, kita bisa manage itu,” ujarnya.

Pemerintah tetap optimistis target produksi migas yang dipatok pada APBN 2011 970.000 barrel per hari akan tercapai. "Kita pernah mengalami harga minyak 140 dollar AS per barrel, tetapi kita masih bertahan, bahkan tumbuh," ujarnya.

Sementara itu, kondisi neraca perdagangan minyak dan gas tahun 2011 tergolong mengkhawatirkan. "Secara keseluruhan, iklim investasi dan impor kita pada tahun 2010 luar biasa karena di atas target semuanya. Pertumbuhannya cukup bagus, balance of trade (neraca perdagangan) juga masih bagus, positif, walaupun, kami mencemaskan juga balance of trade di sektor migas. Karena konsumsi semakin meningkat, impor semakin meningkat," kata Hatta Rajasa.

Risiko peningkatan impor

Menurut Hatta, untuk memitigasi risiko peningkatan impor produk minyak tersebut, pemerintah memastikan akan melakukan dua langkah kebijakan.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com