Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menteri Perdagangan Turun ke Pasar

Kompas.com - 21/01/2011, 11:51 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu bersama jajaran pejabat di Kementerian Perdagangan melakukan kunjungan kerja ke Pasar Klender dan Pasar Induk Kramat Jati, Jakarta Timur, Jumat (21/1/2011) pagi, untuk memantau harga bahan pangan pokok dan sayur.

Kunjungan kerja dimulai dari Pasar Induk Kramat Jati sekitar pukul 06.30 WIB, ketika petugas kebersihan pasar masih sibuk mengepel lantai gedung utama dan beberapa pedagang sarung masih memakai sarung.

Di lokasi penjualan sayur mayur Pasar Induk Kramat Jati yang udaranya lembab bercampur aroma pedas cabai dan bawang, Menteri Perdagangan memantau harga aneka jenis cabai dan bawang merah.  

Ia menanyakan harga dan pasokan cabai dan bawang merah kepada beberapa pedagang. "Harga beberapa jenis cabai sudah ada penurunan, hanya cabai rawit merah yang belum. Menurut pedagang ini karena hujan, dan debu Merapi yang mempengaruhi produksi daerah penghasil cabai di sekitarnya," katanya.

Beberapa pedagang mengatakan pasokan cabai dan bawang merah dari berbagai daerah cenderung menurun dalam beberapa bulan terakhir dan penjualan pun menurun karena harga yang relatif tinggi. "Biasanya minimal dapat cabai enam kwintal sehari, sekarang dari daerah juga sulit, paling sehari bisa dapat 2,5 kwintal," kata Ani Widarsih (45), pedagang di Pasar Induk Kramat Jati.      Pedagang lain, Suryana (40) mengatakan, pembeli juga jadi tidak banyak yang beli, yang biasa beli 20 kilogram sekarang paling cuma beli 15 kilogram.

Menteri Perdagangan mengatakan, pedagang dan konsumen berusaha melakukan penyesuaian terhadap kenaikan cabai dan bawang merah dengan cara mereka.

Kekurangan pasokan bawang merah sebagian ditutup dengan impor.  Beberapa pedagang di Pasar Induk Kramat Jati menjual bawang merah impor dari Thailand dengan harga sedikit murah dari bawang merah lokal.

Bawang merah impor dijual dengan harga Rp20 ribu per kilogram sedang bawang merah dari Brebes dijual dengan harga Rp23 ribu per kilogram. "Tapi pembeli tidak suka bawang impor karena wanginya kurang, lebih suka bawang merah dari Brebes atau Padang," kata seorang pedagang yang mengaku bernama Pandapotan.

Pembeli pun, menurut Mari, menyesuaikan diri dengan kenaikan harga, mereka membeli jenis cabai yang harganya lebih murah. "Jadi untuk mengurangi harga yang mahal dia beli cabe kering, kalau mau cabai segar dia beli cabai yang harganya lebih murah," katanya.

Ia memperkirakan harga cabai jenis tertentu yang mengalami kenaikan akan kembali normal dua bulan mendatang. "Kita tunggu dua bulan sampai tiga bulan lagi, mudah-mudahan normal lagi," katanya.

Sementara harga beberapa bahan pangan pokok yang terpantau seperti beras, terigu, minyak goreng, hasil ternak dan gula tidak mengalami perubahan bermakna. "Rata-rata masih normal," katanya.

Ia menjelaskan pemerintah telah melakukan beberapa intervensi untuk meredam kenaikan harga bahan pangan pokok antara lain dengan membebaskan bea masuk beberapa komoditas pangan pokok seperti beras, gandum, dan kedelai serta bahan terkait pangan seperti bahan pakan ternak dan bahan pupuk.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kejar Target 1 Juta Barrel Minyak, Industri Hulu Migas Hadapi Keterbatasan Rig

Kejar Target 1 Juta Barrel Minyak, Industri Hulu Migas Hadapi Keterbatasan Rig

Whats New
PGN Suplai Gas Bumi untuk Smelter Tembaga Freeport

PGN Suplai Gas Bumi untuk Smelter Tembaga Freeport

Whats New
KKP Kembangkan Jejaring Perbenihan Nasional Ikan Nila

KKP Kembangkan Jejaring Perbenihan Nasional Ikan Nila

Whats New
Kemenhub Evaluasi Pola Pengasuhan di STIP Jakarta

Kemenhub Evaluasi Pola Pengasuhan di STIP Jakarta

Whats New
Konsumsi Rumah Tangga Kembali Jadi Penopang Pertumbuhan Ekonomi Indonesia pada Kuartal I-2024

Konsumsi Rumah Tangga Kembali Jadi Penopang Pertumbuhan Ekonomi Indonesia pada Kuartal I-2024

Whats New
Frekuensi Perjalanan LRT Jabodebek Ditambah, Waktu Tunggu Lebih Cepat

Frekuensi Perjalanan LRT Jabodebek Ditambah, Waktu Tunggu Lebih Cepat

Whats New
Kepala Bappenas Sebut Pembangunan IKN Capai 80,82 Persen

Kepala Bappenas Sebut Pembangunan IKN Capai 80,82 Persen

Whats New
Simak Kurs Rupiah Hari Ini di BCA hingga BNI

Simak Kurs Rupiah Hari Ini di BCA hingga BNI

Spend Smart
Pabrik Sepatu Bata di Purwakarta Tutup, Bagaimana Prospek Sahamnya?

Pabrik Sepatu Bata di Purwakarta Tutup, Bagaimana Prospek Sahamnya?

Earn Smart
Ada Regulasi Ketransmigrasian Baru, Kemendes Sebut Sebagai Modal Pengembangan Transmigrasi Modern

Ada Regulasi Ketransmigrasian Baru, Kemendes Sebut Sebagai Modal Pengembangan Transmigrasi Modern

Whats New
Bagaimana Rekomendasi IHSG Pekan Ini? Simak Aneka Sentimen yang Memengaruhinya

Bagaimana Rekomendasi IHSG Pekan Ini? Simak Aneka Sentimen yang Memengaruhinya

Whats New
Kepala Bappenas: Selama 10 Tahun Terakhir, Pertumbuhan Ekonomi Stabil di Angka 5 Persen

Kepala Bappenas: Selama 10 Tahun Terakhir, Pertumbuhan Ekonomi Stabil di Angka 5 Persen

Whats New
Bank BJB Syariah Resmi Tergabung dalam Jaringan ”Link”

Bank BJB Syariah Resmi Tergabung dalam Jaringan ”Link”

Whats New
Soal Pabrik Sepatu Bata Tutup, Asosiasi: Pesanan Turun karena Lebaran

Soal Pabrik Sepatu Bata Tutup, Asosiasi: Pesanan Turun karena Lebaran

Whats New
Pabrik Sepatu Bata Tutup, Kemenaker: Semua Hak Karyawan Harus Diberikan

Pabrik Sepatu Bata Tutup, Kemenaker: Semua Hak Karyawan Harus Diberikan

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com