Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 28/01/2011, 10:36 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Pergerakan rupiah pada Jumat (28/1/2011) pagi ini kembali negatif setelah dalam tiga hari berada dalam area positif.

Rupiah di pasar uang spot antarbank Jakarta pagi ini berada pada kisaran Rp 9.032 atau tertekan 15 poin dibandingkan dengan sebelumnya yang berada pada kisaran Rp 9.017 per dollar AS.

Analis Samuel Sekuritas, Lana Soelistianingsih, Jumat, mengatakan, pasar uang Asia bergerak terkoreksi dengan turunnya harga minyak mentah WTI. Hal yang sama berlaku terhadap rupiah.

"Turunnya harga minyak WTI ke posisi 85,64 dollar AS per barrel memberi sentimen negatif. Sebelumnya harga minyak mentah WTI berada pada posisi 87,33 dollar AS per barrel," katanya.

Pelemahan rupiah, kata dia, dibatasi oleh kebijakan Bank Indonesia yang menjaga penguatan rupiah karena dianggap dapat memicu impor dan dapat mengurangi pertumbuhan ekonomi.

Ia menambahkan, tumbuhnya perekonomian AS yang diperkirakan sebesar 3,5 persen (year on year) pada kuartal keempat 2010 memicu pelaku pasar keluar dari pasar rupiah dan menempatkan dananya dalam bentuk dollar AS.

Namun, pelemahan rupiah hanya bersifat temporer. Data pertumbuhan ekonomi AS tidak sepenuhnya positif. Pertumbuhan ekonomi tersebut belum cukup kuat mengurangi angka pengangguran di AS. "Bahkan, pada minggu ketiga Januari, data menunjukkan, jumlah penganggur kembali naik 454.000, di atas perkiraan analis 405.000," katanya.     

Ia menambahkan, lembaga pemeringkat Standard&Poor's yang memangkas satu peringkat Jepang menjadi AA- dari sebelumnya AA salah satu pemicu pelemahan rupiah karena kekhawatiran investor bahwa pelemahan ekonomi Jepang akan berimbas ke dalam negeri. "Investor takut terkena imbas dari penurunan peringkat kredit Jepang itu," katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com