MAGELANG, KOMPAS.com — Pemerintah Provinsi Jawa Tengah tahun ini mengalokasikan anggaran Rp 2,1 miliar untuk memulihkan kegiatan ekonomi produktif dari koperasi dan usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) yang terkena dampak erupsi Gunung Merapi dan banjir lahar dingin.
Uang ini disalurkan sebagai bantuan modal usaha, pendampingan kewirausahaan, dan pengadaan fasilitas serta infrastruktur pendukung bagi lebih dari 200 kelompok pelaku usaha di tiga kabupaten, yaitu Kabupaten Magelang, Boyolali, dan Klaten.
"Dengan memulai memberikan bantuan di tahun ini, diharapkan tiga tahun mendatang, kegiatan ekonomi koperasi dan UMKM benar-benar dapat pulih kembali seperti semula," ujar Kepala Dinas Koperasi dan UMKM Jawa Tengah Sujarwanto Dwiatmoko, Kamis (10/3/2011).
Khusus korban erupsi, bantuan dana dan pendampingan kewirausahaan ini diantaranya sudah diberikan pada kerajinan batik di Kecamatan Borobudur di Kabupaten Magelang, kerajinan pencetakan abu vulkanik menjadi hiasan relief di Kecamatan Dukun dan Srumbung di Kabupaten Magelang, usaha pengembangbiakan jamur di Kecamatan Klaten, Kabupaten Klaten.
Untuk korban banjir lahar dingin, Pemprov Jawa Tengah menganggarkan Rp 485 juta untuk 16 kelompok yang beranggotakan para pengungsi banjir lahar dingin di Tempat Pengungsian Akhir (TPA) Tanjung, Kecamatan Muntilan, Jawa Tengah. Saat ini, Pemprov Jawa Tengah sendiri sudah menyiapkan jaringan distribusi dengan menjalin relasi dengan para pedagang yang siap menampung semua produk kerajinan dari para korban banjir lahar dingin dan erupsi Gunung Merapi tersebut.
Kerugian yang diderita para pelaku UMKM dan koperasi akibat bencana erupsi dan banjir lahar dingin di tiga kabupaten tersebut mencapai Rp 39 miliar. Selain karena kerusakan fasilitas dan sarana pendukung aktivitas produksi, kerugian banyak diderita karena aktivitas produksi berhenti dan mereka kehilangan pendapatan sehari-hari.
Kepala Dinas Perindustrian, Koperasi, dan UMKM Kabupaten Magelang Edy Susanto mengatakan, dari 35.000 UMKM di Kabupaten Magelang, kini 12.000 UMKM di 14 kecamatan tidak lagi bisa melakukan aktivitas produksi karena terkena dampak banjir lahar dingin dan erupsi Gunung Merapi.
"Erupsi dan banjir lahar dingin membuat sebagian pelaku UMKM kehilangan tempat usaha, kehilangan fasilitas bekerja, modal usaha, atau bahkan kehilangan ketiganya sekaligus," ujarnya.
Sebanyak 12.000 UMKM ini kebanyakan bergerak di sektor boga atau pengolahan makanan.
Sumarsih, salah seorang warga Dusun Jetis, Desa Sirahan, Kecamatan Salam, Kabupaten Magelang, mengatakan, akibat erupsi, selama lebih dari tiga bulan, dia tidak lagi dapat menjalankan usaha berdagang salak karena seluruh areal tanaman salak di Kecamatan Srumbung, Kabupaten Magelang, rusak. Padahal, sebelumnya, dia dapat menjual salak sebanyak 1 ton hingga 2 ton per hari.
Pascaerupsi, dia pun mencoba untuk beralih usaha dengan membuka warung tongseng. "Belum genap satu bulan berjualan di dekat rumah, warung saya hanyut tersapu banjir lahar dingin," ujarnya. Akibat bencana bertubi-tubi tersebut, Sumarsih mengaku rugi lebih dari Rp 10 juta.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.