Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mendag: Produk Jepang Diawasi Lebih Ketat

Kompas.com - 22/03/2011, 14:35 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu mengatakan, pascaledakan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir di Fukushima, Jepang, Pemerintah Indonesia meningkatkan pengawasan terhadap produk-produk Jepang yang masuk ke Indonesia. ”Shipment setelah tanggal 11 Maret atau setelah peristiwa radiasi itu, (produk Jepang) diawasi dengan lebih ketat,” kata Mari kepada para wartawan di sela-sela kunjungan kerja Perdana Menteri Timor Leste Xanana Gusmao di Istana Merdeka, Jakarta, Selasa (22/3/2011).

Pengawasan yang lebih ketat dilakukan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) bekerja sama dengan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai.

Seperti diwartakan, otoritas Jepang, Sabtu (19/3/2011), mendeteksi tingkat radiasi nuklir di luar batas normal pada produk susu, sayuran, dan juga air. Sebaran radiasi juga terdeteksi di luar radius 80 kilometer dari PLTN Fukushima Daiichi yang bermasalah.

Akan tetapi, juru bicara Pemerintah Jepang, Yukio Edano, Sabtu, di Osaka, menyatakan jenis-jenis makanan itu belum merupakan ancaman bagi tubuh manusia. ”Namun, tingkat radiasi sudah melampaui batasan yang diperbolehkan peraturan di Jepang,” kata Edano.

Edano juga mengatakan, produk susu yang tercemar ditemukan di Prefektur Fukushima. Sayuran sejenis sawi juga tercemar radiasi. Sawi yang terkena cemaran radiasi ditemukan di Ibaraki, tetangga Fukushima.

Edano sudah meminta Departemen Kesehatan memeriksa lokasi persis produk susu dan sayuran tercemar itu, sistem distribusinya, sekaligus meminta pelarangan penjualan produk-produk tercemar tersebut. ”Pemerintah akan melakukan hal yang terbaik untuk mencegah munculnya masalah kesehatan dan akan melakukan upaya terbaik mengatasi hal ini,” katanya.

Ia juga meminta konsumen tetap tenang. Edano menambahkan, walaupun konsumen meminum susu tercemar itu selama setahun, tingkat radiasi masih akan setara dengan CT scan alias radiasi yang dimunculkan saat rontgen berlangsung.

Namun, Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA) memberikan pernyataan tersendiri. Meski radiasi yodium (radioactive iodine) memiliki umur pendek, yakni sekitar delapan hari, dan hilang sendiri secara alamiah dalam hitungan minggu, tetap ada risiko bagi kesehatan jika radiasi yodium yang ada di dalam makanan diserap ke dalam tubuh lewat konsumsi. Demikian pernyataan resmi IAEA.

IAEA menambahkan, jika akumulasi radiasi itu menumpuk, dapat menyebabkan kanker kelenjar tiroid. Hal itu terutama membahayakan bagi anak-anak dan penduduk usia muda.

Berbagai kantor berita sudah menuliskan potensi kepanikan warga dan konsumen soal perkembangan radiasi itu. Sejumlah negara di Asia menyatakan akan memeriksa semua makanan yang diimpor dari Jepang, yang diikuti Uni Eropa. Terkait soal produk tercemar dan bahaya paparan radiasi, otoritas Jepang pada awal pekan ini meminta warga di sekitar lokasi PLTN mengonsumsi yodium untuk meredakan dampak buruk radiasi nuklir.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com