Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pendapatan Per Kapita Bisa 5.000 Dollar AS?

Kompas.com - 29/03/2011, 08:08 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Pemerintah optimistis pendapatan masyarakat Indonesia bisa menembus angka 5.000 dollar AS per kapita pada 2014. Pendapatan per kapita Indonesia yang kini menyentuh level 3.000 dollar AS diyakini menjadi modal penting untuk terus meningkatkan pendapatan masyarakat Indonesia.

"Angka pendapatan per kapita mencapai 5.000 dollar AS bukan sesuatu yang mustahil untuk dicapai," ungkap Sekretaris Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN) Syahrial Loetan, Senin (28/3/2011).

Kondisi perekonomian nasional yang terus berakselerasi sejak 2009 dinilai sebagai momentum untuk mendongkrak pertumbuhan pendapatan masyarakat Indonesia. Pertumbuhan pendapatan per kapita Indonesia sejak tahun 2007 hingga 2010 terus meningkat.

Pada tahun 2007 pendapatan per kapita berada pada level 1.946 dollar AS dengan Produk Domestik Bruto (PDB) mencapai Rp 3.957 triliun. Tahun 2008, pendapatan per kapita meningkat menjadi 2.629 dollar AS dengan PDB mencapai Rp 4.954 triliun.

Di tengah krisis keuangan yang menghantam dunia pada tahun 2009, pendapatan per kapita Indonesia mampu menembus level 2.590 dollar AS dengan PDB mencapai Rp 5.613 triliun. Tahun 2010, pendapatan per kapita Indonesia mencapai 3.000 dollar AS dengan PDB mencapai Rp 6.422 triliun.

Pemerintah menargetkan, pendapatan per kapita pada lima tahun mendatang minimal bisa menembus level 4.803 dollar AS dengan PDB yang ditargetkan menembus 1.206 miliar dollar AS.

Syahrial menjelaskan, untuk mencapai pendapatan per kapita minimal 4.803 dollar AS pada tahun 2014, Indonesia sudah memiliki modal yang cukup. Laju pertumbuhan ekonomi nasional yang terus berakselerasi hingga tahun 2010 menjadi kunci sekaligus pendongkrak pertambahan pendapatan masyarakat. Dengan demikian, upaya untuk terus mendorong laju pertumbuhan ekonomi penting dilakukan.

"Momentum ini harus dijaga dan terus didorong. Momentum ini sebagai modal. Kalau target pertumbuhan ekonomi tahun 2014 bisa 7 persen, maka PDB per kapita bisa sesuai target juga," terangnya.

Setidaknya ada empat hal yang harus dilakukan semua pihak untuk menggenjot peningkatan pendapatan per kapita. Pertama, peningkatan nilai investasi langsung yang masuk ke Indonesia. Kedua, penggunaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang efektif dan tepat waktu pembelanjaannya.

Ketiga, peningkatan ekspor dan impor yang seimbang. Keempat, menjaga daya beli masyarakat agar jangan tergerus oleh meningkatnya inflasi.

Namun, Syahrial pun mengakui, angka pendapatan per kapita saat ini belum mencerminkan pemerataan pendapatan masyarakat. Sebab, angka pendapatan per kapita dihitung hanya dari besaran PDB dibagi dengan jumlah penduduk Indonesia secara keseluruhan.

Direktur Jasa Keuangan dan Analisis Moneter Kementerian PPN Sidqy Suyitno mengungkapkan, idealnya tingkat pendapatan per kapita mencapai 6.000 dollar AS. Ia meyakini, jika tercapai maka dapat menciptakan stabilitas ekonomi dan politik menjadi lebih baik sehingga cita-cita menjadikan Indonesia negara maju tentu saja mungkin tercapai dengan lebih cepat.

"Pendapatan per kapita 6.000 dollar AS adalah patokan yang sesuai bagi negara demokrasi besar seperti Indonesia, tetapi kalau masih di bawah itu masih akan terjadi gonjang-ganjing, baik itu sosial maupun politik," tandasnya. (Irma Yani/Kontan)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Jokowi Minta Bea Cukai dan Petugas Pelabuhan Kerja 24 Jam Pastikan Arus Keluar 17.304 Kontainer Lancar

Jokowi Minta Bea Cukai dan Petugas Pelabuhan Kerja 24 Jam Pastikan Arus Keluar 17.304 Kontainer Lancar

Whats New
Dukung Ekonomi Hijau, Karyawan Blibli Tiket Kumpulkan 391,96 Kg Limbah Fesyen

Dukung Ekonomi Hijau, Karyawan Blibli Tiket Kumpulkan 391,96 Kg Limbah Fesyen

Whats New
Relaksasi Aturan Impor, Sri Mulyani: 13 Kontainer Barang Bisa Keluar Pelabuhan Tanjung Priok Hari Ini

Relaksasi Aturan Impor, Sri Mulyani: 13 Kontainer Barang Bisa Keluar Pelabuhan Tanjung Priok Hari Ini

Whats New
Produsen Refraktori BATR Bakal IPO, Bagaimana Prospek Bisnisnya?

Produsen Refraktori BATR Bakal IPO, Bagaimana Prospek Bisnisnya?

Whats New
IHSG Menguat 3,22 Persen Selama Sepekan, Ini 10 Saham Naik Paling Tinggi

IHSG Menguat 3,22 Persen Selama Sepekan, Ini 10 Saham Naik Paling Tinggi

Whats New
Mengintip 'Virtual Assistant,' Pekerjaan yang Bisa Dilakukan dari Rumah

Mengintip "Virtual Assistant," Pekerjaan yang Bisa Dilakukan dari Rumah

Work Smart
Tingkatkan Kinerja, Krakatau Steel Lakukan Akselerasi Transformasi

Tingkatkan Kinerja, Krakatau Steel Lakukan Akselerasi Transformasi

Whats New
Stafsus Sri Mulyani Beberkan Kelanjutan Nasib Tas Enzy Storia

Stafsus Sri Mulyani Beberkan Kelanjutan Nasib Tas Enzy Storia

Whats New
Soroti Harga Tiket Pesawat Mahal, Bappenas Minta Tinjau Ulang

Soroti Harga Tiket Pesawat Mahal, Bappenas Minta Tinjau Ulang

Whats New
Tidak Kunjung Dicairkan, BLT Rp 600.000 Batal Diberikan?

Tidak Kunjung Dicairkan, BLT Rp 600.000 Batal Diberikan?

Whats New
Lowongan Kerja Pamapersada untuk Lulusan S1, Simak Persyaratannya

Lowongan Kerja Pamapersada untuk Lulusan S1, Simak Persyaratannya

Work Smart
Menakar Peluang Teknologi Taiwan Dorong Penerapan 'Smart City' di Indonesia

Menakar Peluang Teknologi Taiwan Dorong Penerapan "Smart City" di Indonesia

Whats New
Harga Emas Terbaru 18 Mei 2024 di Pegadaian

Harga Emas Terbaru 18 Mei 2024 di Pegadaian

Spend Smart
Saat Sri Mulyani Panjat Truk Kontainer yang Bawa Barang Impor di Pelabuhan Tanjung Priok...

Saat Sri Mulyani Panjat Truk Kontainer yang Bawa Barang Impor di Pelabuhan Tanjung Priok...

Whats New
Cara Langganan Biznet Home, Biaya, dan Area Cakupannya

Cara Langganan Biznet Home, Biaya, dan Area Cakupannya

Spend Smart
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com