Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

500 Perwakilan Ikuti Forum Ekonomi Dunia

Kompas.com - 12/06/2011, 11:20 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Sekitar 500 pemimpin dari kalangan pemerintah, pengusaha, media, dan pemuka masyarakat akan hadir dalam World Economic Forum (Forum Ekonomi Dunia), yang akan berlangsung mulai Minggu (12/6/2011) hingga Senin (13/6/2011) di Jakarta.

Mereka bertemu di bawah tema "Menanggapi Globalisme Baru" untuk mengkaji bagaimana peristiwa-peristiwa terbaru di Jepang, Timur Tengah, dan Afrika Utara berdampak pada pertumbuhan ekonomi di Asia.

Pertumbuhan ekonomi kawasan Asia diperkirakan akan tumbuh sebesar 8,4 persen untuk tahun 2011, dengan Indonesia pada tingkat 6,1 persen. Dan itu berarti Asia masih menjadi perhatian utama dunia mengingat kawasan Eropa dan Amerika Serikat yang masih belum sepenuhnya pulih dari dampak-dampak krisis keuangan global.

Pada sisi lain rencana integrasi ekonomi ASEAN pada 2015 akan menempatkan blok negara Asia Tenggara tersebut sebagai kekuatan ekonomi terbesar ke-10 di dunia dengan pasar yang mencapai 600 juta jiwa.

Bagaimanapun pertumbuhan ekonomi Asia, termasuk ASEAN, yang pesat itu tidak sepenuhnya terlepas dari ancaman, baik berupa tingkat pengangguran yang tinggi, tekanan inflasi, maupun ancaman ketahanan pangan, serta kerusakan lingkungan.

Gempa dan tsunami di Jepang yang dampaknya terasa pada perekonomian Jepang agaknya juga membawa getaran yang menjadi ujian bagi ketahanan Asia.

Masalah-masalah itulah yang menjadi pembahasan para pemimpin Asia Timur yang berkumpul di Jakarta dalam Forum Ekonomi Dunia.

Pertumbuhan pesat ekonomi di kawasan Asia Pasifik di tengah-tengah kelesuan di Amerika Serikat dan Eropa telah menyebabkan pergeseran dalam kekuatan ekonomi global dalam waktu dua atau tiga tahun terakhir.

Dipimpin oleh China dan India, kekuatan ekonomi baru Asia Pasifik berhasil menarik dunia keluar dari krisis keuangan dan menempatkannya kembali ke jalur pertumbuhan. Dan kesinambungan pertumbuhan di kawasan ini menjadi kunci dari perkembangan ekonomi global.

Para pengamat memperkirakan, jika terjadi kelesuan ekonomi di negara-negara ekonomi baru—khususnya Asia Pasifik—akan memberi dampak berantai yang besar. "Ukurannya yang berkembang dan juga pentingnya ekonomi China telah meningkatkan kerentanan dari negara-negara Asia Pasifik atas perlambanan ekonomi China," seperti dijelaskan Rajiv Biswas dari lembaga riset ekonomi, IHS Global Insight. (Budi Prasetyo)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Masuk ke Beberapa Indeks Saham Syariah, Elnusa Terus Tingkatkan Transparansi Kinerja

Masuk ke Beberapa Indeks Saham Syariah, Elnusa Terus Tingkatkan Transparansi Kinerja

Whats New
Pesawat Haji Boeing 747-400 Di-'grounded' Pasca-insiden Terbakar, Garuda Siapkan 2 Armada Pengganti

Pesawat Haji Boeing 747-400 Di-"grounded" Pasca-insiden Terbakar, Garuda Siapkan 2 Armada Pengganti

Whats New
ASDP Terus Tingkatkan Peran Perempuan pada Posisi Tertinggi Manajemen

ASDP Terus Tingkatkan Peran Perempuan pada Posisi Tertinggi Manajemen

Whats New
Jaga Loyalitas Pelanggan, Pemilik Bisnis Online Bisa Pakai Strategi IYU

Jaga Loyalitas Pelanggan, Pemilik Bisnis Online Bisa Pakai Strategi IYU

Whats New
Bulog Targetkan Serap Beras Petani 600.000 Ton hingga Akhir Mei 2024

Bulog Targetkan Serap Beras Petani 600.000 Ton hingga Akhir Mei 2024

Whats New
ShariaCoin Edukasi Keuangan Keluarga dengan Tabungan Emas Syariah

ShariaCoin Edukasi Keuangan Keluarga dengan Tabungan Emas Syariah

Whats New
Insiden Kebakaran Mesin Pesawat Haji Garuda, KNKT Temukan Ada Kebocoran Bahan Bakar

Insiden Kebakaran Mesin Pesawat Haji Garuda, KNKT Temukan Ada Kebocoran Bahan Bakar

Whats New
Kemenperin Pertanyakan Isi 26.000 Kontainer yang Tertahan di Pelabuhan Tanjung Priok dan Tanjung Perak

Kemenperin Pertanyakan Isi 26.000 Kontainer yang Tertahan di Pelabuhan Tanjung Priok dan Tanjung Perak

Whats New
Tingkatkan Akses Air Bersih, Holding BUMN Danareksa Bangun SPAM di Bandung

Tingkatkan Akses Air Bersih, Holding BUMN Danareksa Bangun SPAM di Bandung

Whats New
BEI: 38 Perusahaan Antre IPO, 8 di Antaranya Punya Aset di Atas Rp 250 Miliar

BEI: 38 Perusahaan Antre IPO, 8 di Antaranya Punya Aset di Atas Rp 250 Miliar

Whats New
KAI Services Buka Lowongan Kerja hingga 25 Mei 2024, Simak Kualifikasinya

KAI Services Buka Lowongan Kerja hingga 25 Mei 2024, Simak Kualifikasinya

Work Smart
Anggaran Pendidikan di APBN Pertama Prabowo Capai Rp 741,7 Triliun, Ada Program Perbaikan Gizi Anak Sekolah

Anggaran Pendidikan di APBN Pertama Prabowo Capai Rp 741,7 Triliun, Ada Program Perbaikan Gizi Anak Sekolah

Whats New
Bantah Menkeu soal Penumpukan Kontainer, Kemenperin: Sejak Ada 'Pertek' Tak Ada Keluhan yang Masuk

Bantah Menkeu soal Penumpukan Kontainer, Kemenperin: Sejak Ada "Pertek" Tak Ada Keluhan yang Masuk

Whats New
Tidak Ada 'Black Box', KNKT Investigasi Badan Pesawat yang Jatuh di BSD

Tidak Ada "Black Box", KNKT Investigasi Badan Pesawat yang Jatuh di BSD

Whats New
Investasi Rp 10 Miliar, Emiten Perhotelan KDTN Siap Ekspansi Bisnis Hotel Rest Area

Investasi Rp 10 Miliar, Emiten Perhotelan KDTN Siap Ekspansi Bisnis Hotel Rest Area

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com