Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

ADB: Indonesia Berpeluang Nikmati Pertumbuhan

Kompas.com - 14/06/2011, 08:24 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Negara-negara Asia, terutama China, India, dan Indonesia, berpeluang terus menikmati pertumbuhan memanfaatkan peralihan pusat perekonomian global dari Amerika Serikat dan Eropa. Namun, pertumbuhan perekonomian yang inklusif, lestari, dan ramah lingkungan berkait erat dengan tujuh isu penting yang dibutuhkan pembangunan sebagai modal sumber daya manusia lebih besar.

Demikian benang merah kuliah umum Presiden Bank Pembangunan Asia (ADB) Haruhiko Kuroda di Pascasarjana Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Depok, Jawa Barat, Senin (13/6/2011). Acara yang dibuka Dekan FE UI Firmanzah dan dimoderatori Guru Besar FE UI Anwar Nasution dihadiri Ketua Dewan Pertimbangan Presiden Emil Salim dan ratusan mahasiswa.

Asia sedang menjalani pemulihan menuju pertumbuhan ekonomi normal. Pada tahun lalu, Produk Domestik Bruto (PDB) Asia tumbuh 9 persen dan menunjukkan kurva pemulihan ke atas yang dramatis dari krisis global 2008-2009. China, India, dan Indonesia yang memiliki perekonomian terbesar Asia tetap tumbuh.

China diperkirakan tumbuh moderat 9,6 persen, turun sedikit dari 10,3 persen, sejak pemerintah mengerem laju kredit demi menekan ancaman ekonomi "kepanasan". India diprediksi tumbuh 8,2 persen tahun ini dan 8,8 persen tahun 2012. Permintaan domestik yang masih sangat kuat membuat perekonomian Indonesia diperkirakan tumbuh 6,4 persen tahun ini.

Berbagai fakta ini jika terus berlanjut sampai pertengahan abad ke-21 bakal membuat perekonomian Asia pada masa depan mampu menyamai tingkat kesejahteraan Eropa saat ini. Pada masa itu, perekonomian Asia bakal mencakup 50 persen produksi global, perdagangan, dan investasi.

Akan tetapi, Kuroda mengingatkan ada tujuh isu yang harus diatasi bersama demi kesinambungan pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan ramah lingkungan. Pertama, menyeimbangkan ulang neraca pembayaran global untuk menciptakan stabilitas ekonomi makro dunia. Asia harus meningkatkan permintaan domestik dan kawasan serta lebih banyak mengimpor antarnegara di Asia.

Kedua, Asia harus lebih menajamkan pola investasi dan perdagangan dengan fokus di dalam kawasan. Liberalisasi dan peningkatan fasilitasi perdagangan harus mengatasi berbagai distorsi dan persoalan yang ada, termasuk mobilitas pekerja dan aliran modal.

Ketiga, meningkatkan kerja sama dan integrasi. Negara-negara Asia harus meningkatkan koordinasi dalam hal fiskal, moneter, dan kebijakan mata uang untuk memperkuat stabilitas kawasan dan pertumbuhan ekonomi.

Keempat, meningkatkan infrastruktur. Kuroda mengakui, anggaran Pemerintah Indonesia cukup terbatas untuk pembangunan infrastruktur sejak krisis 1997. Sebelum krisis, Indonesia memiliki kualitas infrastruktur yang hampir setara dengan China. "Indonesia harus mempersempit kesenjangan pembangunan infrastruktur dengan negara lain demi memacu ekonomi," ujar Kuroda.

Butuh 8 triliun dollar AS

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Penyaluran Kredit Ultra Mikro Capai Rp 617,9 Triliun di Kuartal I-2024

Penyaluran Kredit Ultra Mikro Capai Rp 617,9 Triliun di Kuartal I-2024

Whats New
Bayar Klaim Simpanan 10 BPR Bangkrut, LPS Kucurkan Rp 237 Miliar per April 2024

Bayar Klaim Simpanan 10 BPR Bangkrut, LPS Kucurkan Rp 237 Miliar per April 2024

Whats New
[POPULER MONEY] Mendag Zulhas: Warung Madura Boleh Buka 24 Jam | KFC Malaysia Tutup Lebih dari 100 Gerai, Imbas Boikot

[POPULER MONEY] Mendag Zulhas: Warung Madura Boleh Buka 24 Jam | KFC Malaysia Tutup Lebih dari 100 Gerai, Imbas Boikot

Whats New
Kode Transfer BCA, BRI, BNI, BTN, Mandiri, dan Bank Lainnya

Kode Transfer BCA, BRI, BNI, BTN, Mandiri, dan Bank Lainnya

Spend Smart
Cara Beli Token Listrik di ATM BRI, BNI, Mandiri, BTN, dan BSI

Cara Beli Token Listrik di ATM BRI, BNI, Mandiri, BTN, dan BSI

Spend Smart
Cara Tukar Uang Rusak di Bank Indonesia dan Syaratnya

Cara Tukar Uang Rusak di Bank Indonesia dan Syaratnya

Spend Smart
Lelang 7 Seri SUN, Pemerintah Kantongi Rp 21,5 Triliun

Lelang 7 Seri SUN, Pemerintah Kantongi Rp 21,5 Triliun

Whats New
Indosat Catat Laba Rp 1,29 Triliun di Kuartal I-2024

Indosat Catat Laba Rp 1,29 Triliun di Kuartal I-2024

Whats New
Adira Finance Cetak Laba Bersih Rp 432 Miliar pada Kuartal I-2024

Adira Finance Cetak Laba Bersih Rp 432 Miliar pada Kuartal I-2024

Whats New
Inaplas Dukung Pemerintah Atasi Polusi Sampah Plastik

Inaplas Dukung Pemerintah Atasi Polusi Sampah Plastik

Whats New
Program Pemberdayaan Daerah Gambut di Bengkalis oleh PT KPI Mampu Tingkatkan Pendapatan Masyarakat

Program Pemberdayaan Daerah Gambut di Bengkalis oleh PT KPI Mampu Tingkatkan Pendapatan Masyarakat

Whats New
Astra Internasional Bakal Tebar Dividen Rp 17 Triliun, Simak Rinciannya

Astra Internasional Bakal Tebar Dividen Rp 17 Triliun, Simak Rinciannya

Whats New
Emiten Nikel IFSH Catat Penjualan Rp 170 Miliar di Kuartal I 2024

Emiten Nikel IFSH Catat Penjualan Rp 170 Miliar di Kuartal I 2024

Whats New
Starlink Telah Kantongi Surat Uji Laik Operasi di Indonesia

Starlink Telah Kantongi Surat Uji Laik Operasi di Indonesia

Whats New
Laba Bersih BNI Naik 2,03 Persen Menjadi Rp 5,3 Triliun pada Kuartal I-2024

Laba Bersih BNI Naik 2,03 Persen Menjadi Rp 5,3 Triliun pada Kuartal I-2024

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com