Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bank Dunia Soroti Kualitas Infrastruktur Indonesia

Kompas.com - 28/06/2011, 15:53 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com -  Bank Dunia menilai Indonesia masih fokus pada belanja publik untuk subsidi BBM.  Bank Dunia juga menyoroti lemahnya pencairan belanja pemerintah terkait pembangunan infrastruktur.

 “Tingginya harga minyak pada tahun 2011 telah meningkatkan belanja pemerintah pada subsidi energi  yang memiliki sasaran yang buruk. Bertambahnya belanja publik untuk subsidi berarti opportunity cost yang lebih tinggi dalam hal dana yang sebetulnya dapat digunakan untuk kebutuhan pembangunan lain yang mendesak, seperti pendidikan, kesehatan, jaminan sosial, dan infrastruktur,” ujar Shubham Chaudhuri, ekonom senior untuk Bank Dunia di Indonesia saat menyampaikan presentasi tentang perkembangan triwulan perekonomian Indonesia, di ruang Nusantara gedung BPKM, Jakarta, Selasa (28/6/2011).

Terbatasnya investasi pada pemeliharaan dan infrastruktur terlihat dari rendahnya peringkat kualitas infrastruktur Indonesia pada indeks kualitas infrastruktur yang pernah dipublikasikan pada World Economic Forum Competitiveness Report tahun 2010-2011. Indeks ini menunjukkan Indonesia berada di posisi  ke-4 terendah.  Pengukuran infrastruktur Indeks Daya Saing Dunia ini disusun berdasarkan tanggapan survei  eksekutif akan kualitas jalan, rel kereta api, pelabuhan, transportasi udara, pasokan listrik,data tentang kabel telepon tetap dan pelanggan telepon selular serta daftar kilometer kursi pesawat udara.  

Country Director Bank Dunia untuk Indonesia, Stefan Koeberle mengatakan, buruknya kualitas infrastruktur adalah salah satu kendala terbesar bagi perusahaan-perusahaan yang beroperasi di Indonesia.

Tanda-tanda dari rendahnya investasi infrastruktur selama lebih dari satu dekade diantaranya dari peningkatan kemacetan di daerah perkotaan, tingginya biaya transportasi kargo antar pulau, pemadaman listrik, dan terbatasnya akses terhadap fasilitas sanitasi yang baik.

Kurangnya ketersediaan infrastruktur itu selalu disebut oleh perusahaan-perusahaan sebagai hambatan dalam operasional dan investasi.  Lemahnya keterkaitan infrastruktur antar daerah juga dapat memperburuk situasi jika terjadi gejolak, seperti yang berhubungan dengan cuaca, karena sulitnya memindahkan produk antar wilayah.

Sementara Justin Yifu Lin, Senior Vice President dan Chief Economist Bank Dunia mengatakan, pemerintah Indonesia harus memberikan kesempatan kepada sektor swasta untuk investasi infrastruktur di Indonesia. “Dengan memberikan kesempatan kepada sektor swasta, maka akan terjadi persaingan, sehingga pembangunan infrastruktur bisa lebih menarik dan akan membantu mempercepat pembangunan infratrukstur tersebut karena tidak didominasi satu pihak,” jelas Justin.

Justin menambahkan, dengan memberikan porsi 50 persen bagian kepada swasta untuk membiayai pembangunan, maka akan mengurangi ketidakpastian pencairan belanja pemerintah untuk pembangunan infratrukstur tersebut.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

OJK Cabut Izin Usaha PT BPR Dananta Kabupaten Kudus

OJK Cabut Izin Usaha PT BPR Dananta Kabupaten Kudus

Whats New
Di Perda Klungkung, Justru Bukan Warung Madura yang Dilarang Buka 24 Jam, tapi Ritel Modern

Di Perda Klungkung, Justru Bukan Warung Madura yang Dilarang Buka 24 Jam, tapi Ritel Modern

Whats New
Harga BBM Vivo dan BP Kompak Naik Per 1 Mei 2024, Cek Rinciannya!

Harga BBM Vivo dan BP Kompak Naik Per 1 Mei 2024, Cek Rinciannya!

Whats New
Gerakan Serikat Buruh Minta Prabowo Cabut UU Cipta Kerja, Ini Alasannya

Gerakan Serikat Buruh Minta Prabowo Cabut UU Cipta Kerja, Ini Alasannya

Whats New
Emiten Menara Telko Tower Bersama Catatkan Pendapatan Rp 1,7 Triliun Per Kuartal I 2024

Emiten Menara Telko Tower Bersama Catatkan Pendapatan Rp 1,7 Triliun Per Kuartal I 2024

Whats New
Kinerja 2023 'Kinclong', Emiten TI ATIC Sasar Pasar Baru Konsultasi Cloud pada 2024

Kinerja 2023 "Kinclong", Emiten TI ATIC Sasar Pasar Baru Konsultasi Cloud pada 2024

Whats New
Bela Warung Madura, Menteri Teten: Jangan Sampai Tersisih oleh Ritel Modern

Bela Warung Madura, Menteri Teten: Jangan Sampai Tersisih oleh Ritel Modern

Whats New
Info Lengkap Mata Uang Riyal ke Rupiah

Info Lengkap Mata Uang Riyal ke Rupiah

Whats New
Hindari Macet Demo Buruh 1 Mei, KAI Ubah Operasional 12 Kereta Api

Hindari Macet Demo Buruh 1 Mei, KAI Ubah Operasional 12 Kereta Api

Whats New
Mengenal Mata Uang Israel dan Nilai Tukarnya ke Rupiah

Mengenal Mata Uang Israel dan Nilai Tukarnya ke Rupiah

Whats New
Duduk Perkara soal Warung Madura Diimbau Tak Buka 24 Jam, Berawal dari Keluhan Minimarket

Duduk Perkara soal Warung Madura Diimbau Tak Buka 24 Jam, Berawal dari Keluhan Minimarket

Whats New
Harga Emas Antam: Detail Harga Terbaru pada Rabu 1 Mei 2024

Harga Emas Antam: Detail Harga Terbaru pada Rabu 1 Mei 2024

Spend Smart
Harga Emas Terbaru 1 Mei 2024 di Pegadaian

Harga Emas Terbaru 1 Mei 2024 di Pegadaian

Spend Smart
7 Bandara Ditutup Sementara akibat Erupsi Gunung Ruang, 50 Penerbangan Terdampak

7 Bandara Ditutup Sementara akibat Erupsi Gunung Ruang, 50 Penerbangan Terdampak

Whats New
Harga Bahan Pokok Rabu 1 Mei 2024, Harga Daging Ayam Ras Naik

Harga Bahan Pokok Rabu 1 Mei 2024, Harga Daging Ayam Ras Naik

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com