Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hatta: Tidak Perlu Kuatir Soal Yuan

Kompas.com - 28/06/2011, 16:02 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Hatta Radjasa menyatakan tidak ada yang perlu dikhawatirkan akan penggunaan mata uang yuan yang semakin marak.

"Memang ada satu program antara Indonesia dengan China yang kita sebut dengan swap arrangement. Di mana kita bisa menggunakan rupiah dalam pembelian, China bisa membayar juga dengan yuan untuk itu. Dan ini memang suatu program, dan kita tidak perlu khawatir soal itu. (Bahkan) itu positif," ungkap Hatta kepada Kompas.com, di Jakarta, Selasa ( 28/6/2011 ).

Indonesia dan China memang telah mempunyai perjanjian pertukaran mata uang bilateral (bilateral swap arrangement). Namun, sejauh ini perjanjian tersebut belum aktif.

Sebelumnya, Bank Indonesia pun mendukung penggunaan yuan sebagai bagian dari pendekatan multipolar dalam perdagangan dunia, di mana perdagangan tidak bergantung pada satu jenis mata uang saja.

Mengingat sejauh ini, mata uang yang menjadi basis nilai tukar dalam perdagangan yaitu dollar AS, Euro, Poundsterling Inggris, dan Yen Jepang.

Ketergantungan terhadap satu jenis mata uang ini, menurut Kepala Biro Hubungan Masyarakat Bank Indonesia, Difi Ahmad Johansyah, di Jakarta, Senin ( 27/6/2011 ), dapat menimbulkan instabilitas. "Di sini pentingnya yuan karena yuan berasal dari emerging market (pasar sedang berkembang)," ungkap Difi.

Namun, penggunaan yuan sendiri akan bergantung pada dorongan internasionalisasi yuan oleh bank sentral China. Selain itu pasokan yuan pun harus diperhitungkan, karena dapat berpengaruh pada biaya transaksi dan risiko nilai tukar yuan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Mengenal Mata Uang Kanada, Salah Satu yang Paling Stabil di Dunia

Mengenal Mata Uang Kanada, Salah Satu yang Paling Stabil di Dunia

Whats New
Inggris Dukung dan Berbagi Pengalaman untuk Keanggotaan Indonesia di CPTPP

Inggris Dukung dan Berbagi Pengalaman untuk Keanggotaan Indonesia di CPTPP

Whats New
Menaker: Serikat Pekerja Nuntut Kenaikan Upah, Kami Tuntut Kenaikan Kompetensi

Menaker: Serikat Pekerja Nuntut Kenaikan Upah, Kami Tuntut Kenaikan Kompetensi

Whats New
Bea Cukai, Dulu Tenar Jadi Sarang Pungli, Sempat Dibekukan Soeharto

Bea Cukai, Dulu Tenar Jadi Sarang Pungli, Sempat Dibekukan Soeharto

Whats New
Emiten GPS PT Sumber Makmur Sasar Pasar Pembayaran Tol Tanpa Setop MLFF di RI

Emiten GPS PT Sumber Makmur Sasar Pasar Pembayaran Tol Tanpa Setop MLFF di RI

Whats New
Ini Alasan Microsoft Investasi Rp 27,6 Triliun di Indonesia

Ini Alasan Microsoft Investasi Rp 27,6 Triliun di Indonesia

Whats New
Mata Uang Denmark, Pakai Euro atau Krone?

Mata Uang Denmark, Pakai Euro atau Krone?

Whats New
Menaker: Kami Tolak Upah Murah dan PHK Sepihak

Menaker: Kami Tolak Upah Murah dan PHK Sepihak

Whats New
Walau Pendapatan Turun, PT Timah Bukukan Kenaikan Laba Per Kuartal I 2024

Walau Pendapatan Turun, PT Timah Bukukan Kenaikan Laba Per Kuartal I 2024

Whats New
OJK Cabut Izin Usaha PT BPR Dananta Kabupaten Kudus

OJK Cabut Izin Usaha PT BPR Dananta Kabupaten Kudus

Whats New
Di Perda Klungkung, Justru Bukan Warung Madura yang Dilarang Buka 24 Jam, tapi Ritel Modern

Di Perda Klungkung, Justru Bukan Warung Madura yang Dilarang Buka 24 Jam, tapi Ritel Modern

Whats New
Harga BBM Vivo dan BP Kompak Naik Per 1 Mei 2024, Cek Rinciannya!

Harga BBM Vivo dan BP Kompak Naik Per 1 Mei 2024, Cek Rinciannya!

Whats New
Gerakan Serikat Buruh Minta Prabowo Cabut UU Cipta Kerja, Ini Alasannya

Gerakan Serikat Buruh Minta Prabowo Cabut UU Cipta Kerja, Ini Alasannya

Whats New
Emiten Menara Telko Tower Bersama Catatkan Pendapatan Rp 1,7 Triliun Per Kuartal I 2024

Emiten Menara Telko Tower Bersama Catatkan Pendapatan Rp 1,7 Triliun Per Kuartal I 2024

Whats New
Kinerja 2023 'Kinclong', Emiten TI ATIC Sasar Pasar Baru Konsultasi Cloud pada 2024

Kinerja 2023 "Kinclong", Emiten TI ATIC Sasar Pasar Baru Konsultasi Cloud pada 2024

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com