JAKARTA, KOMPAS.com - Pengamat ekonomi dari Institute for Development of Economic and Finance (Indef), Aviliani menegaskann, perekonomian Indonesia belum overheating . Masih banyak ruang bagi pasar modal Indonesia untuk bertumbuh oleh karena China dan India sudah tak lagi dilirik.
"Capital inflow ke China sudah kebanyakan sehingga ditahan, supaya nilai tukar mata uang tak makin kuat Maka, ketika ada arus modal keluar dari China, mau tak mau larinya ke Indonesia, karena inflasi di India sudah mencapai 8,89 persen. Bursa efek Indonesia harus siap-siap kemasukan banyak modal," kata Aviliani, Selasa (19/7/2011) di the 7th Annual Capital Market Update 2011, yang digelar Citi Indonesia Securities and Fund Services.
"Harusnya, lebih banyak lagi perusahaan Indonesia yang go-public sehingga ruangnya makin besar untuk investasi," kata Aviliani. Hingga 8 Juli 2011, berdasarkan data Bapepam-LK, ada 13 perusahaan yang sudah go-public, dengan dana yang dihimpun mencapai Rp 11,23 triliun.
Tigor Siahaan selaku Chief Country Officer untuk Citi Indonesia juga mengatakan, kondisi di Eropa justru melapangkan jalan tumbuhnya pasar modal Indonesia. " Ekonomi Eropa tak kondusif, sehingga banyak fund manager tertarik menjadikan Indonesia sebagai tempat berinvestasi," kata dia.
Di Amerika, pelemahan ekonomi masih terjadi, dan kata Aviliani, dapat terus berlanjut antara 4-5 tahun ke depan. " Kondisi itu diperburuk dengan lonjakan inflasi yang menurunkan daya beli masyarakat. Bahkan, hal itu akan memperburuk kinerja konsumsi swasta dan investasi di Amerika," kata dia.
Ditambahkan Aviliani, jangan heran bila investor dari Amerika akan kembali menyerbu pasar modal di Indonesia. Karena investor Amerika pun senantiasa mencari pasar terbaik untuk mengakumulasikan keuntungan dalam berinvestasi.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.