Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 22/07/2011, 14:14 WIB

KOMPAS.com  - Peningkatan produksi beras melalui peningkatan rendemen potensial dilakukan. Namun, cara ini jarang ditempuh. Padahal kalau dilakukan dengan serius, bisa mendongkrak produksi beras 2 juta ton per tahun.

Bagaimana caranya? Badan Pusat Statistik (2005-2007) memperkirakan, tingkat penyusutan produksi beras dari panen sampai pengangkutan saat penjualan mencapai 10,2 persen. Dari persentase itu, sekitar 3,25 persen kontribusi dari industri penggilingan padi. Penyusutan di industri penggilingan, terindikasi dengan tingginya variasi kadar rendemen beras dalam bulir padi pada penggilingan satu dengan lainnya.

Persatuan Penggilingan Padi dan Pengusaha Beras Indonesia memperkirakan tingkat kehilangan hasil beras di industri penggilingan setara Rp 10 triliun. Artinya, bila tingkat kehilangan beras di penggilingan bisa ditekan dengan menaikkan rendemen, produksi beras nasional bisa bertambah.

Dampak positifnya, Indonesia tidak perlu lagi mengimpor beras. Bahkan masih bisa ekspor 500.000 ton per tahun.

Apa saja yang bisa memengaruhi rendemen beras? Pertama aspek budidaya. Sekalipun areal tanam padi dan panen luas serta produktivitas tinggi, tanpa kandungan rendemen beras yang tinggi, tidak begitu berpengaruh pada produksi beras.

Karena itu, rendemen beras harus mulai ditingkatkan pada level budidaya. Salah satu yang memengaruhi tingginya kandungan rendemen adalah penggunaan pupuk TS atau fosfor.

Dengan pupuk fosfor (P) yang tepat, tingkat kemasakan bulir padi akan lebih kompak. Produktivitas tanaman padi pun akan terdongkrak.

Sebaliknya, kalau hanya andalkan urea (nitrogen/ N), banyak bulir padi yang hampa. Kalau menjadi beras akan banyak noktah putih, alias kurang mentes (berbobot). Ada 1,2 juta rumah tangga petani tak bisa membeli pupuk, pantas jadi target utama bantuan.

Kedua, waktu panen harus tepat. Padi kurang baik dipanen pagi hari karena masih berembun. Tingkat penyusutannya juga tinggi. Rendemen gabah kering panen dan gabah kering giling selisihnya signifikan. Panen paling bagus dilakukan setelah pukul 10.00 pagi, asalkan kondisi iklim normal dan tidak hujan.

Berbeda lagi ulah para tengkulak. Mereka biasa memanen padi saat level kemasakannya sekitar 90 persen atau berwarna gading. Saat ini, bobot padi paling berat dibandingkan dengan yang tingkat kemasakan 100 persen.

Ketiga, peningkatan rendemen saat di penggilingan. Setelah bahan baku yang didapat bagus, tinggal mengandalkan pada mesin penggilingan, yang terdiri dari mesin pecah kulit (PK) atau hasker, ayakan, dan polish. Mesin yang sesuai bisa mendorong rendemen beras hingga lebih dari 65 persen dan patahan di bawah 10 persen.

Dengan mengembangkan persaingan dalam industri penggilingan, mendorong perusahaan penggilingan bersaing menghasilkan beras dengan rendemen dan kualitas tinggi. Maka, margin keuntungan kian besar. Petani juga bisa menjual gabah lebih tinggi karena ada insentif. (Hermas Prabowo)

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Bank DKI Raup Laba Bersih Rp 187 Miliar pada Kuartal I 2024

Bank DKI Raup Laba Bersih Rp 187 Miliar pada Kuartal I 2024

Whats New
Mendag Zulhas Terbitkan Aturan Baru Soal Batasan Impor, Ini Rinciannya

Mendag Zulhas Terbitkan Aturan Baru Soal Batasan Impor, Ini Rinciannya

Whats New
Microsoft Komitmen Berinvestasi di RI Senilai Rp 27,54 Triliun, Buat Apa Saja?

Microsoft Komitmen Berinvestasi di RI Senilai Rp 27,54 Triliun, Buat Apa Saja?

Whats New
Allianz Syariah Tawarkan Asuransi Persiapan Warisan Keluarga Muda, Simak Manfaatnya

Allianz Syariah Tawarkan Asuransi Persiapan Warisan Keluarga Muda, Simak Manfaatnya

Whats New
Kini Beli Sepatu Impor Tak Dibatasi, Ini Penjelasan Mendag

Kini Beli Sepatu Impor Tak Dibatasi, Ini Penjelasan Mendag

Whats New
TransNusa Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan S1, Ini Syarat dan Cara Daftarnya

TransNusa Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan S1, Ini Syarat dan Cara Daftarnya

Whats New
Suku Bunga BI Naik, ST012 Dinilai Lebih Menarik

Suku Bunga BI Naik, ST012 Dinilai Lebih Menarik

Earn Smart
Kesejahteraan Buruh Tani Era Jokowi dan Tantangan bagi Prabowo

Kesejahteraan Buruh Tani Era Jokowi dan Tantangan bagi Prabowo

Whats New
3,84 Juta Penumpang Naik LRT Jabodebek pada Kuartal I 2024

3,84 Juta Penumpang Naik LRT Jabodebek pada Kuartal I 2024

Whats New
Merger Tiktok Shop dan Tokopedia Dinilai Ciptakan Model Belanja Baru di Industri Digital

Merger Tiktok Shop dan Tokopedia Dinilai Ciptakan Model Belanja Baru di Industri Digital

Whats New
Lowongan Kerja Perum Damri untuk SMA/SMK, Ini Persyaratan dan Cara Mendaftarnya

Lowongan Kerja Perum Damri untuk SMA/SMK, Ini Persyaratan dan Cara Mendaftarnya

Work Smart
IMF Naikkan Proyeksi Pertumbuhan Asia, Ada Apa?

IMF Naikkan Proyeksi Pertumbuhan Asia, Ada Apa?

Whats New
Tak Mau Kejadian Nasabah Lempar Piring Saat Ditagih Kredit Terulang, PNM Kini Fokus Lindungi Karyawannya

Tak Mau Kejadian Nasabah Lempar Piring Saat Ditagih Kredit Terulang, PNM Kini Fokus Lindungi Karyawannya

Whats New
Bertemu Mendag Inggris, Menko Airlangga Bahas Kerja Sama JETCO dan Energi Bersih

Bertemu Mendag Inggris, Menko Airlangga Bahas Kerja Sama JETCO dan Energi Bersih

Whats New
Sepatu Impor Sudah Diterima Pemilik, Siapa yang Tanggung Denda Rp 24,74 Juta?

Sepatu Impor Sudah Diterima Pemilik, Siapa yang Tanggung Denda Rp 24,74 Juta?

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com