Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 26/07/2011, 16:57 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Seperti halnya bursa regional, pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia dipengaruhi keyakinan investor terkait solusi utang di AS dan Eropa serta pengetatan likuiditas di negara berkembang, khususnya China dan India. Ketidakpastian di AS terkait belum ada kesepakatan antara Presiden dan Kongres mengenai pagu utang negara, skema pengenaan pajak, dan pemotongan anggaran yang batas waktunya 2 Agustus 2011.

Lembaga pemeringkat sudah mengindikasikan akan memangkas peringkat utang AS apabila masalah itu belum terselesaikan. Sementara itu, ketidakpastian dari Eropa tetap terkait dengan krisis utang negara yang dialami negara, seperti Portugal, Italia, dan Yunani yang berpotensi mengoyang kestabilan mata uang euro.

Pada penutupan perdagangan Senin 26/7/2011 naik 45 poin (1,12 persen) menjadi 4.132. Indeks LQ45 naik 9,95 poin menjadi 731,04 dan indeks Kompas 100 naik 11,68 poin menjadi 944,33. Nilai transaksi sebesar Rp 6,2 triliun. Seluruh sektor perdagangan naik. Menurut tim analis dari eTrading, saham yang menjadi pendorong hari ini adalah Bank Danamon (BDMN), Perusahaan Gas Negara (PGAS), dan XL Axiata (EXCL). Investor asing melakukan net buy sebesar Rp 79 miliar dengan saham yang banyak dijual, antara lain, Bank BNI (BBNI) dan Astra International (ASII).

"Meski bergejolak, kinerja IHSG tampak lebih baik ketimbang indeks saham regional. Ini menandakan kepercayaan investor terhadap Indonesia yang terus menunjukkan penguatan ekonomi domestik. Kami sarankan investor menyikapi volatilitas yang sedang berlangsung dengan meyakinkan kembali bahwa saham adalah sarana investasi untuk jangka panjang," kata Budi Hikmat, Direktur Riset dan Hubungan Investor Bahana TCW, di sela-sela peluncuran OnTrack di Pondok Indah Golf Course, yang dihadiri oleh beberapa institusi klien Bahana.

Budi menambahkan, struktur makroekonomi Indonesia terbilang sangat baik apabila mencermati laju pertumbuhan ekonomi tidak disertai dengan lonjakan inflasi dan defisit neraca perdagangan. Indikator Bahana Fear Index mengindikasikan rupiah akan terus menguat. Masih tingginya saldo SBI mengindikasikan suku bunga akan tetap rendah. Berdasarkan kedua indikator ini, investor dapat mempertimbangkan saham sektoral domestik yang diuntungkan oleh penguatan rupiah dan rendahnya suku bunga.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com