Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Investor Serbu Pasar Obligasi Negara Berkembang

Kompas.com - 29/07/2011, 12:25 WIB

NEW YORK, KOMPAS.com  - Pepatah mengatakan, pada setiap kejadian buruk pasti ada hikmahnya. Demikian pula dengan keadaan dunia finansial belakangan ini.

Raksasa ekonomi, negara maju, negara-negara industri AS dan Eropa sedang sakit. Mereka yang selama ini menjadi tumpuan penggerak ekonomi global seolah tidak berdaya menghadapi lilitan utangnya.  

Dengan situasi seperti itu, penerbit surat utang di negara berkembang baik korporasi maupun obligasi negara lebih mudah menjual obligasinya kepada investor.  

Terlihat, dalam beberapa bulan terakhir pasokan obligasi baru masih biasa saja, tetapi minat investor membeli obligasi dari luar AS dan Eropa semakin menguat. Aliran dana makin deras mengarah ke pasar finansial negara berkembang. Dampaknya, nilai mata uang  negara berkembang menguat.  

Pada Juli saja, negara berkembang di Asia dan perusahaannya mengeluarkan obligasi baru senilai 40 miliar dollar AS. Sedangkan Amerika Latin mengeluarkan sekitar 9 miliar utang baru bulan ini.

Penerbitan obligasi baru tampaknya akan terus bertambah mengingat minat investor yang menginginkan lebih banyak lagi surat utang. Pekan lalu, negara kecil Sri Lanka menerbitkan obligasi senilai 1 miliar dollar AS bertenor 10 tahun. Obligasi itu  mengalami tujuh kali lebih banyak permintaan (oversubscribe).

Republik Dominika tidak mau ketinggalan, obligasinya mengalami kelebihan permintaan dengan yield sebesar 6,95 persen. Ini merupakan yang terendah dari obligasi internasional terbitan Republik Dominika.

Permintaan untuk obligasi ini sangat tinggi karena banyak investor yang tidak dapat membeli obligasi seperti yang diperlukan.  

Edwin Gutierrez manajer portofolio dari Aberdeen Asset Management mengatakan firmanya hanya mendapatkan sedikit saja jatah ketika membeli obligasi Srilanka dan Republik Dominika.   Investor sangat tertarik dengan obligasi dari negara berkembang karena mencari investasi alternatif di tengah ketidakpastian pasar.

Di Italia, lelang obligasi pemerintah awal pekan lalu menunjukkan betapa banyak orang khawatir mengenai pasar utang Eropa Barat. Tingkat suku bunga yang diminta investor sangat tinggi untuk obligasi pemerintah Italia, menceriminkan tinggi pula potensi risikonya.

Sementara itu, kemungkinan AS akan kehilangan peringkat AAA, peringkat paling tinggi untuk obligasi pemerintah semakin di depan mata.  

"Jadi di mana sebaiknya menempatkan uang. Ingin di mulut singa atau di mulut beruang seperti di Eropa?" kata Gutierrez.    

Membanjirnya dana segar ke pasar obligasi negara berkembang juga membuat mata uang setempat menguat. Mata uang seperti ringgit Malaysia dan rupiah Indonesia menguat terus terhadap dollar AS. Data menunjukkan kepemilikan obligasi negara dalam bentuk rupiah terus naik dan mencapai rekor.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kini Beli Sepatu Impor Tak Dibatasi, Ini Penjelasan Mendag

Kini Beli Sepatu Impor Tak Dibatasi, Ini Penjelasan Mendag

Whats New
TransNusa Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan S1, Ini Syarat dan Cara Daftarnya

TransNusa Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan S1, Ini Syarat dan Cara Daftarnya

Whats New
Suku Bunga BI Naik, ST012 Dinilai Lebih Menarik

Suku Bunga BI Naik, ST012 Dinilai Lebih Menarik

Earn Smart
Kesejahteraan Buruh Tani Era Jokowi dan Tantangan bagi Prabowo

Kesejahteraan Buruh Tani Era Jokowi dan Tantangan bagi Prabowo

Whats New
3,84 Juta Penumpang Naik LRT Jabodebek pada Kuartal I 2024

3,84 Juta Penumpang Naik LRT Jabodebek pada Kuartal I 2024

Whats New
Merger Tiktok Shop dan Tokopedia Dinilai Ciptakan Model Belanja Baru di Industri Digital

Merger Tiktok Shop dan Tokopedia Dinilai Ciptakan Model Belanja Baru di Industri Digital

Whats New
Lowongan Kerja Perum Damri untuk SMA/SMK, Ini Persyaratan dan Cara Mendaftarnya

Lowongan Kerja Perum Damri untuk SMA/SMK, Ini Persyaratan dan Cara Mendaftarnya

Work Smart
IMF Naikkan Proyeksi Pertumbuhan Asia, Ada Apa?

IMF Naikkan Proyeksi Pertumbuhan Asia, Ada Apa?

Whats New
Tak Mau Kejadian Nasabah Lempar Piring Saat Ditagih Kredit Terulang, PNM Kini Fokus Lindungi Karyawannya

Tak Mau Kejadian Nasabah Lempar Piring Saat Ditagih Kredit Terulang, PNM Kini Fokus Lindungi Karyawannya

Whats New
Bertemu Mendag Inggris, Menko Airlangga Bahas Kerja Sama JETCO dan Energi Bersih

Bertemu Mendag Inggris, Menko Airlangga Bahas Kerja Sama JETCO dan Energi Bersih

Whats New
Sepatu Impor Sudah Diterima Pemilik, Siapa yang Tanggung Denda Rp 24,74 Juta?

Sepatu Impor Sudah Diterima Pemilik, Siapa yang Tanggung Denda Rp 24,74 Juta?

Whats New
BI: Biaya Merchant QRIS 0,3 Persen Tidak Boleh Dibebankan ke Konsumen

BI: Biaya Merchant QRIS 0,3 Persen Tidak Boleh Dibebankan ke Konsumen

Whats New
Pemerintahan Baru Bakal Hadapi 'PR' Risiko Impor dan Subsidi Energi

Pemerintahan Baru Bakal Hadapi 'PR' Risiko Impor dan Subsidi Energi

Whats New
Kinerja Baik APBN pada Triwulan I-2024, Pendapatan Bea Cukai Sentuh Rp 69 Triliun

Kinerja Baik APBN pada Triwulan I-2024, Pendapatan Bea Cukai Sentuh Rp 69 Triliun

Whats New
Hadirkan Fitur Menabung Otomatis, Bank Saqu Siapkan Hadiah 50 Motor Honda Scoopy 

Hadirkan Fitur Menabung Otomatis, Bank Saqu Siapkan Hadiah 50 Motor Honda Scoopy 

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com