JAKARTA, KOMPAS.com - Volume impor daging dan jeroan sapi tahun ini dipangkas. Upaya yang akan dilakukan adalah dengan mengurangi izin impor daging dan jeroan sapi dari 120.000 ton tahun 2010 menjadi maksimal 90.000 ton tahun ini.
Penegasan itu disampaikan Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kemtan Prabowo Respatiyo Caturroso, Rabu (3/8/2011) di Jakarta, di sela mendampingi Menteri Pertanian Suswono memantau perkembangan harga komoditas sayuran dan buah-buahan di Pasar Induk Kramatjati.
Alokasi impor daging dan jeroan yang sudah dikeluarkan hingga saat ini sebanyak 72.000 ton. "Namun dalam perhitungan, ternyata dengan impor sebesar itu industri olahan berbasis daging dan jeroan sapi belum terpenuhi," katanya.
Kebutuhan industri yang belum terpenuhi diantaranya industri pengolahan bakso, sosis, burger dan industri olahan lainnya. Meski begitu, kebutuhan daging untuk industri tidak akan mencapai 50.000 ton.
"Saya menargetkan impor daging dan jeroan sapi maksimal 90.000 ton, dengan porsi jeroan sekitar 14 persen," katanya. Selain memangkas volume impor daging dan jeroan, Kemtan juga akan memperketat pemasukan daging impor sehingga memperkecil peluang masuknya daging ilegal.
Tahun 2010 pemasukan daging ilegal besar. Ini terlihat dari perbedaan yang tajam antara izin impor yang diberikan dengan realisasi: Data Direktorat Jenderal Peternakan waktu itu mencatat izin impor yang dikeluarkan hanya 73.000 ton. Namun, realisasinya mencapai 120.000 ton.
Modus impor ilegal dilakukan dengan cara mengubah surat permohonan persetujuan (SPP) atau izin impor. Kalau pada awal SPP diajukan impor dilakukan dari Australia, selanjutnya pemohon meminta perubahan dari Selandia Baru. Kenyataannya, kedua izin impor itu direalisasikan.
"Sekarang setiap ada perubahan SPP, SPP lama saya tarik dan saya musnahkan sehingga tidak ada peluang lagi," katanya.
Prabowo berharap, dengan menata impor, harga sapi dalam negeri bisa terdongkrak, sehingga peternak akan bersemangat memelihara sapi. Sehingga populasi sapi nasional bisa naik terus dan produksi daging sapi dalam negeri bisa meningkat.
Saat ini populasi sapi sekitar 14,43 juta ekor. Tiap tahun Indonesia masih harus menambah pasokan daging dari impor, baik dalam bentuk sapi bakalan, daging beku maupun jeroan. Kontribusi daging impor sekitar 30 persen dari kebutuhan nasional.
Dalam kesempatan sama, Menteri Pertanian menyatakan kekesalannya pada program kredit usaha pembibitan sapi yang tidak berjalan sesuai harapan. Penyerapan KUPS rendah, karena itu pihaknya akan merombak program itu secara total. "Nanti akan saya rombak total, tidak perlu lagi ada agunan atau avalis untuk mendapatkan kredit itu," katanya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.