Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Angkutan Mudik Masih "Pahit" bagi Pengusaha Bus

Kompas.com - 19/08/2011, 15:21 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com Meski telah menaikkan tarif sebesar 30 persen dari tarif normal, pengusaha bus menyatakan, angkutan Lebaran tetap "pahit di lidah" mereka. Pasalnya, mereka tetap tidak mendapatkan keuntungan saat arus mudik memuncak. Bahkan, kadang-kadang ada perusahaan yang justru rugi.

Hal ini diungkapkan oleh Sekjen Organisasi Gabungan Pengusaha Angkutan di Jalan (Organda) Andriyansah di Jakarta, Jumat (19/8/2011). "Sejak 10 tahun lalu, angkutan bus tidak lagi mengambil keuntungan untuk layanan mudik ini," kata Andri.

Menurutnya, banyak hal yang menjadi penyebab keuntungan mereka menghilang. Dia menyebutkan, angkutan searah menjadi penyebab utama. Bila angkutan hanya penuh saat mengangkut ke daerah mudik, sedangkan saat kembali bus akan kosong, sehingga kenaikan 30 persen tidak akan berarti.

Faktor kedua adalah kemacetan yang menyebabkan inefisiensi BBM. "Sebagai contohnya, biasanya untuk jurusan Jakarta-Semarang ditempuh selama sembilan jam, tetapi akibat macet sampainya mencapai 15-16 jam. Ini menyebabkan pemborosan BBM yang bisa mencapai 50 persen," ujarnya.

Namun, karena para operator diminta untuk turut melayani pemudik, mereka tetap menyiapkan armadanya.

Andri meminta agar pemerintah segera menaikkan tarif batas atas sehingga para pengusaha bisa mendapatkan keuntungan. Selain itu, mereka juga menuntut dibebaskannya bea masuk suku cadang bus untuk menjamin kualitas layanan tetap baik.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com