Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Distribusi Hasil Pertanian di India

Kompas.com - 31/08/2011, 09:28 WIB

SOLAN, KOMPAS.com - Sunil Sharma, petani tomat di India utara, harus mencari celah di jalan-jalan yang sibuk, polisi yang korup, dan panas yang menyengat untuk membawa produknya di truk tanpa pendingin ruangan menuju pasar buah-buahan di New Delhi.

Kisah tentang Sunil, sebagaimana dikutip dari kantor berita Associated Press, Rabu (31/8/2011) memang mirip kisah di Indonesia. Terkait bagaimana minimnya fasilitas infrastruktur di India, demikian pula terjadi di Indonesia.

India memang diterpa isu-isu malnutrisi, dan lonjakan inflasi, tetapi harus diingat India tak kekurangan pangan. Inilah negara kedua terbesar di dunia dalam produksi sayuran segar, meski 40 persen dari produksinya menguap begitu saja oleh karena persoalan-persoalan yang dihadapi Sunil.

Dalam sebuah perjalanan, Sunil dan dua petani tomat lainnya terhambat selama tiga hari di jalan. Ini mirip kisah tentang truk-truk kita yang terhambat di Kalimantan sana, atau dihadang antrean panjang di Pelabuhan Merak-Bakauheni.

"Dari 350 peti tomat yang kami bawa, hanya mampu diselamatkan 150 peti tomat saja," kata Sunil.

Buruknya penanganan hasil panen di India, dan negara berkembang lainnya, telah membuat harga pangan melonjak. Pendapatan petani juga tak kunjung meningkat. Inflasi tinggi akibat tingginya harga pangan juga menerpa negara-negara Asia sejak Desember 2010.

Di India, di mana sepertiga dari 150 juta anak balita dunia yang kekurangan nutrisi bermukim, inflasi pangan mencapai angka 10 persen di bulan Juli saja.

Di sebuah pasar yang sibuk di New Delhi, Raj Kumar, seorang pemilik kios sedang mengelap sayuran dagangannya. Debu-debu disingkirkan. Tetapi di sebuah pojok tak jauh dari kiosnya. Ada tumpukan sayur-mayur, kentang yang membusuk, dan telor yang juga membusuk. Saya membuang sayuran tiap hari. Tak ada lagi yang dapat saya lakukan, tak ada yang menginginkannya, ujar dia.

"Harga sayuran terus naik, dan naik. Tetapi lihatlah sampah-sampah itu, ujar Debi, salah seorang pembeli. Hal itu, hanya membuat saya marah tiap hari," kata dia.

Menteri Pertanian KV Thomas mengatakan, Pemerintah India berupaya keras mengatasi hal ini. Membangun gudang berpendingin, membangun argoterminal, dan jaringan-jaringan pemasaran. "Kami juga membangun jaringan kereta barang khusus untuk sayur-mayur sampai ke gudang penyimpanan di kota," ujar Thomas.

Namun bagi Ranvir Thakur, petani di Himachal Pradesh, sebuah desa berjarak 320 kilometer di utara New Delhi, semua tindakan pemerintah tampaknya jauh dari realitas. "Menanam sayur-mayur di India, tetap saya sebuah bisnis yang berisiko," ujar dia.

Kisah soal petani dan distribusi hasil pertanian, yang mirip dengan kisah di Indonesia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com