Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pelaku Pasar Asing Sedot Biaya Moneter BI

Kompas.com - 22/09/2011, 13:15 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Pelaku pasar asing diperkirakan menggunakan saham domestik Indonesia dan surat utang negara atau SUN sebagai alat untuk memanfaatkan kucuran dana operasi moneter yang dialirkan Bank Indonesia.

Perilaku ini juga yang menyebabkan nilai tukar rupiah terperosok hingga Rp 500 per dollar AS hanya dalam waktu beberapa hari terakhir ini. "Skenarionya tidak berubah, bahwa aset portopolio yang dipegang asing (saham, SUN) diputar-putar untuk merubah harga yang mempengaruhi harga kurs di pasar uang," ujar Pengamat Pasar Modal, Yanuar Rizki di Jakarta, Kamis (22/9/2011).

Menurut Yanuar, data Bank Indonesia (BI) menunjukkan bahwa satu biaya kebijakan (OPT: Operasi Pasar Terbuka) selama satu semester menghabiskan Rp 45 triliun. Jika dikurangi surplus rekening operasional, nilainya masih defisit Rp 21 triliun. Pada semester 1 2011, di permukaan terlihat seolah-olah Rupiah kuat dan "stabil" di Rp 8.400- Rp 8.500 per dollar AS.

"Namun, sinyalemen saya terbukti di angka menguat pun, rupiah tetap fluktuatif sehingga faktanya biaya moneter sebagai bukti," ujarnya. Dengan situasi itu, pelaku pasar asing hidup dari keuntungan yang diperoleh dari selisih kurs yang diperoleh dari perlawanan terhadap OPT BI.

"Jadi, apa benar saham nya dilepas? Atau ditarik ulur tetap di mereka? Saya meyakini ditarik ulur, karena dari data brokernya memang hanya berputar-putar saja," tutur Yanuar. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com