Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pengamat: Rupiah Masih Bisa Terpuruk Lagi

Kompas.com - 26/09/2011, 11:44 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Pengamat pasar, Ifan Kurniawan, memperkirakan, rupiah masih akan mendapat tekanan pasar global yang masih tak menentu sehingga posisinya kembali mendekati level Rp 9.000 per dollar meski Bank Indonesia (BI) telah melakukan intervensi. "Krisis utang di Eropa dan Amerika Serikat masih menekan rupiah kembali terpuruk yang akan mendorong BI untuk kembali melakukan intervensi pasar," katanya di Jakarta, Senin (26/9/2011).

Menurut Ifan, yang juga analis PT First Asia Capital, apabila krisis utang di Eropa tidak dapat dikendalikan, pertama kalinya yang akan kena bagi Indonesia adalah rupiah yang akan terpuruk lebih jauh lagi. "Indonesia saat ini masih dapat mengatasi keterpurukan rupiah karena BI memiliki cadangan devisa yang cukup untuk menahan tekanan negatif pasar global tersebut," katanya.

Ia mengatakan, tekanan pasar terhadap rupiah terutama berasal dari spekulan yang melakukan pembelian dollar AS dalam jumlah besar dan melepas rupiah sehingga mata uang itu makin terpuruk saat ini, merosot 240 poin menjadi Rp 9.000 dari sebelumnya Rp 8.760 dollar AS. "Kami optimistis apabila rupiah terus tertekan, BI akan kembali masuk pasar," katanya. Apalagi, krisis utang di Eropa kini telah merembet ke sejumlah negara Eropa lainnya, seperti Italia dan Jerman. "Padahal, Jerman diharapkan dapat memberikan bantuan dana kepada negara-negara Eropa yang sedang kesulitan mempertahankan ekonominya," ucapnya.

Selain itu, menurut dia, ada berita yang menyebutkan bahwa Bank Sentral Eropa akan memberikan bantuan dana kepada bank Eropa yang mengalami kesulitan. "Namun, kapan pemberian dana itu masih belum pasti apabila dana yang diperlukan untuk membantu bank-bank Eropa dalam jumlah yang cukup besar," ucapnya.

Ia mengatakan, perbaikan krisis utang di Eropa masih belum menentu, apalagi di Amerika Serikat, karena antara pemerintah dan kongres masih belum ada keputusan bersama.

Kongres cenderung menolak usulan pemerintah untuk segera menaikkan pendapatannya dari pajak, dan pemerintah juga akan mengeluarkan dana sebesar 400 miliar dollar AS untuk membuka lapangan kerja baru. "Pemerintah AS dan Kongres harus bersatu untuk memecahkan masalah krisis itu tanpa adanya kesatuan, maka akan sulit diatasi," tuturnya.  

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com