Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ekspor Timah Dihentikan Mulai Oktober

Kompas.com - 28/09/2011, 17:02 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com —PT Timah (Persero) memutuskan menghentikan ekspor timah mulai 1 Oktober 2011. Penghentian sementara ekspor timah itu dilakukan karena harga timah dunia anjlok sampai level 17.000 dollar AS per ton.  

”Per 1 Oktober kami hentikan ekspor timah,” kata Direktur Utama PT Timah Wachid Usman seusai menghadiri acara peringatan ke-66 Hari Energi dan Pertambangan, Rabu (28/9/2011) di Museum Migas, Kompleks Taman Mini Indonesia Indah, Jakarta.  

Menurut Wachid, pihaknya menganggap merosotnya harga timah itu merupakan permainan pasar karena terjadi krisis finansial di Eropa dan Amerika. ”Kami menilainya ini permainan broker atau trader sehingga ada permainan harga supaya mereka mendapatkan dengan harga murah. Padahal, permintaan tidak turun dan stok di LME (London Metal Exchange) juga tidak tinggi, cuma 20.000 ton,” tuturnya.  

Wachid mengatakan, para pembeli itu hendaknya menyadari pertambangan timah bukan jual-beli bahan, melainkan konservasi atau rehabilitasi lingkungan. Karena itu, harga jangan ditekan-tekan supaya produsen dapat menjaga rehabilitasi lingkungan. ”Selain itu, juga ada biaya produksi untuk pemeliharaan alat dan operasional pekerja,” ujar Wachid.  

Jika terjadi kelebihan pasokan timah di pasar internasional, pihaknya memaklumi anjloknya harga komoditas tambang itu. Namun, untuk saat ini manajemen perseroan itu menilai tidak ada alasan terjadi penurunan harga. ”Kami memutuskan menghentikan ekspor sampai harga timah kembali ke level 23.000. Pembeli semoga sadar untuk mengembalikan harga,” katanya.  

Penghentian ekspor timah itu, kata Wachid, sebenarnya tidak berdampak secara langsung terhadap kegiatan produksi perseroan itu. ”Produksi tetap jalan, kami hanya menahan ekspor. Kami akan bertahan produksi di maksimal 40.000 ton. Sebenarnya PT Timah tidak mengalami masalah,” ujar Wachid.  

Di masa depan, manajemen PT Timah menilai perlu ada aturan mengenai pasokan dan permintaan agar penjualannya satu pintu. Sebagai badan usaha milik negara (BUMN), perseroan itu siap menjadi pemimpin. Akan tetapi, tentu hal itu perlu dukungan pemerintah pusat maupun daerah agar nantinya timah yang diekspor di Indonesia sebanyak 100.000 ton per tahun menjadi satu pintu.  

Selama ini PT Timah memproduksi timah yang memiliki merek sebanyak 40.000 hingga 50.000 ton per tahun. Sisanya merupakan ekspor timah nonmerek dengan harga berbeda.

Agar memiliki nilai tambah, perseroan itu mau membeli produksi timah domestik nonmerek untuk dijual lagi dengan memakai merek. Nama-nama timah merek, antara lain, Katin dan Koba.

”Kalau kita menjual yang non-brand, biasanya malah diambil negara lain lalu dijual lagi dengan menggunakan brand sendiri,” kata Wachid.

Praktik seperti itu diduga dilakukan Malaysia yang tahun lalu ekspornya mencapai 45.000 ton padahal produksi dalam negerinya tidak sampai 5.000 ton. ”Makanya kami meminta pelaku usaha mendukung kebijakan satu pintu tersebut,” ujar Wachid.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com