Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bulan Terburuk bagi Bursa Asia

Kompas.com - 30/09/2011, 14:11 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com Bursa-bursa saham di Asia menggenapi pergerakan indeksnya sepanjang September 2011 sebagai bulan terburuk sejak puncak krisis keuangan global Oktober 2008. Itu terjadi setelah hari Jumat ini sebagian besar bursa di Asia terjerembab ke zona perlemahan.

Meski demikian, indeks harga saham gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI) terselamatkan dengan penguatan yang telah terjadi dalam tiga hari terakhir ini. Pada penutupan sesi siang hari ini, Jumat (30/9/2011), indeks berada di level 3.545 atau menguat 8,74 poin, setara 0,24 persen.

Kantor berita Reuters melaporkan, kekhawatiran pada efek spiral krisis utang Eropa dan perlambatan ekonomi global akan berdampak pada ekspor dari Asia, menyebabkan investor memilah peruntungan mereka pada aset-aset berisiko pada September 2011.

Pasar Asia, yang dipertimbangkan para investor sebagai kawasan berfundamental ekonomi hebat dibanding negara maju, ternyata tidak imun terhadap krisis Eropa. Investor institusi terus melakukan lindung nilai pada lemahnya nilai tukar di Asia, termasuk pada yuan.

Sebagai gambaran, saham di daratan China tercatat di Hongkong jatuh 3,3 persen. Ini terutama akibat pelepasan saham-saham perbankan. Bahkan, dengan data ekonomi Amerika Serikat yang menunjukkan turunnya tingkat pengangguran, hal itu tidak mampu mencerahkan Asia.

Para trader (pelaku pasar modal) lebih fokus pada pergerakan data purchasing managers index (PMI) China pada bulan September 2011. Itu perlu untuk mengukur bagaimana ekspor dunia mampu menahan perlambatan ekonomi global.

Di Asia, saham-saham Jepang, Australia, dan Korea Selatan bertahan lebih rendah. Hanya saham Hongkong yang drop signifikan, yakni 1,8 persen. Pada pasar obligasi, pada 28 September 2011, dari total aliran dana keluar sebesar 3,2 miliar dollar AS yang tercatat dari obligasi-obligasi negara-negara berkembang, terjadi peningkatan dibandingkan pekan sebelumnya, yakni 692 juta dollar AS.

Dengan demikian, dari 1 miliar dollar AS dana dalam mata uang kuat atau cenderung menguat (harus currency) ada penarikan dana obligasi senilai 1,6 miliar dollar AS dalam mata uang asia. Beberapa lompatan imbal hasil (yield) pada obligasi yang diterbitkan di Asia terjadi di pasar, sementara obligasi di Indonesia dan Malaysia bergerak sangat cepat.

Ini bersamaan dengan hantaman keras pada mata uang Asia akibat peralihan modal ke aset-aset teraman. "Masih ada banyak ketidakpastian. Pertumbuhan ekonomi Eropa dan Amerika tidak membaik dan akan tertekan oleh perlemahan euro terhadap dollar AS," ujar Ahli Strategi Bank Commonwealth, Joseph Capurso, di Australia.

Investor yang khawatir itu menyimpan taruhannya ke emas dan surat berharga. Dalam hal ini, mereka memanfaatkan pergerakan harga yang saat ini ada di level 1.632 dollar AS per troy ounce.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com