Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bungaran Saragih Jadi Penasihat RSPO

Kompas.com - 14/11/2011, 13:56 WIB
Ester Meryana

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Lembaga nirlaba yang mempromosikan praktik keberlanjutan di industri kepala sawit, RSPO (Roundtable on Sustainable Palm Oil) menunjuk mantan Menteri Pertanian Bungaran Saragih sebagai penasihat lembaga ini di Indonesia. Hal ini diputuskan setelah pencarian kandidat yang berlangsung selama satu tahun.

"Penunjukan Profesor Bungaran adalah suatu babak penting dalam sejarah RSPO. Pengetahuan makro Bungaran tentang sektor kelapa sawit Indonesia memungkinkan RSPO untuk lebih dalam memahami para pemangku kepentingan kelapa sawit secara kontekstual dan dapat membuat keputusan, kebijakan, dan inisiatif secara lebih efektif," ujar Darrel Webber, Sekretaris Jenderal RSPO, dalam rilis yang diterima Kompas.com, Senin (14/11/2011).

Menurut Darrel, reputasi Bungaran tidak tertandingi di sektor pertanian. Kontribusinya pun cukup besar baik sebagai pejabat pemerintah ataupun akademis di sektor tersebut. "Beliau sangatlah tepat untuk bertindak sebagai seorang Duta Keberlanjutan dan menjunjung nilai-nilai yang sama dengan RSPO. Kami sangat bangga dapat bekerja sama dengan beliau," tambah dia.

Hal serupa juga dikemukakan oleh Presiden RSPO Jan Kees Vis. Jan menyebutkan, penunjukan Bungaran akan menimbulkan semangat baru bagi organisasi. Apalagi, Indonesia tetap merupakan tolok ukur bagi berbagai pasar yang sedang berkembang dan punya peran besar dengan kontribusi sebesar 40 persen dari total RSPO di seluruh dunia. "Penunjukan ini secara jelas mencerminkan kelanjutan dari komitmen tegas RSPO terhadap para anggotanya di Indonesia yang telah dan akan menerapkan standar kelas dunia dalam pengelolaan minyak sawit berkelanjutan," sebut Jan.

Terhadap penunjukan ini, Bungaran pun menyebutkan bahwa sedari awal ia sendiri telah berkomitmen terhadap visi dan misi RSPO. Menurut dia, RSPO harus dibawa untuk menegakkan paradigma pembangunan berkelanjutan tanpa memihak pada satu sisi, apakah itu pada pelestarian atau terhadap pertumbuhan ekonomi. "Dunia ini, terutama negara-negara berkembang, tidak bisa menerapkan pendekatan yang ekstrem terhadap pertumbuhan," tanggap Bungaran yang meraih penghargaan Satyalancana dari Presiden Republik Indonesia pada tahun 2002.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com