Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Aksi Mogok Bisa Timbulkan Efek Domino

Kompas.com - 14/11/2011, 16:33 WIB
Ester Meryana

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Direktur Eksekutif Asosiasi Pertambangan Indonesia (API), Syahrir AB, mengemukakan, aksi mogok kerja yang dilakukan Serikat Pekerja PT Freeport Indonesia dapat menimbulkan efek domino kepada industri sejenis juga kepada negara.

"Dan, juga sudah terjadi di industri yang lain. Telkomsel sudah kena getahnya," ucap Syahrir dalam acara diskusi dengan sejumlah wartawan terkait masalah buruh tambang dan penyelesaiannya melalui Perjanjian Kerja Bersama, di Jakarta, Senin ( 14/11/2011 ). Memang pada Kamis ( 10/11/2011 ) lalu, Serikat Pekerja Telkomsel juga melakukan aksi mogok yang menuntut hal sama yakni kesejahteraan.

Bahkan, terang dia, sebelum kenaikan upah yang kini menuntut sebesar 7,5 dollar AS per jam untuk karyawan non staf F1 hingga 33 dollar AS per jam untuk staf tingkat 3, sudah ada kenaikan bahan pokok sebesar 10 kali lipat. "Bisa terjadi konflik horizontal antara masyarakat di situ sendiri," tambah Syahrir.

Ini karena jika terjadi kenaikan inflasi maka akan memberatkan masyarakat lain di sekitar PT Freeport yang bukan pekerja perusahaan itu.  "Penerimaan negara kena pajak (juga) akan turun," sebut Syahrir. Ini karena penerimaan kotor perusahaan bisa berkurang karena peningkatan upah akan menambah biaya perusahaan. Sehingga pengenaan pajak kepada penerimaan bisa berkurang. Ini lebih besar kerugiannya sekalipun pemerintah dapat tambahan penerimaan dari pajak penghasilan.

Syahrir pun mengingatkan, jika kesepakatan kenaikan upah terjadi sesuai dengan yang diminta Serikat Pekerja PT FI, maka serikat pekerja perusahaan lainnya sudah siap mengajukan hal yang sama. "Sudah siap semua di Newmont, Inco, Nusa Halmahera Mineral, mereka sudah pasang kuda-kuda," ucap dia.

Jadi, terang dia, ini merupakan tanggung jawab pemerintah dalam mengantisipasi efek domino ini. Pemerintah harus melakukan studi pengupahan di perusahaan-perusahaan tambang. "Ada acuan pengupahan perusahan tambang," tegas Syahrir.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com