Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gita: Kalau Pensiun, Saya Ingin jadi Pengusaha Sapi

Kompas.com - 08/12/2011, 16:08 WIB

PALEMBANG, KOMPAS.com - Kebutuhan impor komoditi pangan seperti daging, gula dan beras menjadi perhatian Menteri Perdagangan Gita Wirjawan. Selama ini, landasan pemikiran keharusan langkah impor lantaran kurangnya pasokan di dalam negeri. Namun, sisi konsumsi masyarakat malah jarang menjadi pertimbangan pemikiran.

Gita bilang, konsumsi beras masyarakat Indonesia rata-rata 140 kilogram (kg) per orang per tahun. Ini dua kali lipat lebih tinggi dari konsumsi per kapita masyarakat dunia lainnya. Gita menyebut, jika masyarakat bisa mengurangi pola konsumsi beras hingga 100 kg per kapita per tahun, Indonesia bisa menjadi eksportir beras terbesar di dunia. "Ini sebetulnya peluang buat kita," ujarnya, Kamis (8/12/2011).

Sementara, produksi daging sapi domestik yang masih rendah membuat langkah impor pun harus dijalankan. Padahal, peluang bisnis peternakan sapi itu cukup potensial. Asal, konsumsi daging masyarakat bisa ditingkatkan.

Saat ini konsumsi daging sapi masyarakat Indonesia sangat rendah, yakni hanya 2,1 kg per kapita per tahun. Bandingkan dengan konsumsi daging masyarakat Jerman yang mengonsumsi daging sekitar 50 kg per orang per tahun.

Jika masyarakat Indonesia bisa meningkatkan konsumsi daging hingga 20 kg menjadi 22,1 kg per orang per tahun, potensi bisnis peternakan sapi bisa sebesar 30 miliar dollar AS hingga 37 miliar dollar AS per tahun. Hitungannya didapat dari perkalian antara jumlah penduduk Indonesia 241 juta jiwa dengan harga rata-rata daging sapi 7 dollar AS per kg dan konsumsi rata-rata daging sapi masyarakat sebesar 22,1 kg.

"Oleh karena potensinya yang luar biasa itu, nanti kalau saya pensiun, saya mau jadi pengusaha sapi saja. Karena menurunkan konsumsi beras dan meningkatkan konsumsi daging itu juga menyehatkan," ujar Gita di sela-sela Forum Ekspor Kawasan Barat Indonesia di Palembang, Kamis (8/12/2011). Pemikiran Gita ini sebagai salah satu langkah untuk bisa mengurangi ketergantungan impor komoditi pangan ke depannya. (Rizki Caturini/Kontan)

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com