Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Wapres: Cerita Utamanya Masih Tetap di Eropa

Kompas.com - 12/12/2011, 12:14 WIB
Ester Meryana

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Wakil Presiden Boediono, mengungkapkan Eropa masih tetap menjadi pusat perhatian dunia dengan krisis utangnya. Di tempat lain, kondisi krisis Amerika Serikat seolah-olah tertutupi oleh masih tingginya permintaan akan dollar AS dan Asia pun muncul sebagai pusat pertumbuhan di masa depan.

"Hampir semua buku yang (saya) baca, artikel memang kesimpulannya sama yaitu bahwa Asia akan menjadi pusat pertumbuhan dari dunia di masa depan," ujar Boediono dalam sambutannya pada acara KOMPAS 100 CEO Forum, di Jakarta, Senin (12/12/2011). Prediksi itu, terang dia, didasarkan pada potensi jumlah penduduk, sumber daya alam, kekuatan politik hingga lokasi.

Terkait dengan krisis Eropa, Boediono masih melihat dunia masih penuh dengan ketidakpastian. AS pun sebenarnya masih punya masalah. Namun, masalah AS sepertinya tertutupi dengan kecenderungan masyarakat atau pelaku pasar untuk memegang dollar AS. Meskipun demikian, solusi terhadap krisis AS pun sebenarnya belum juga ditemukan oleh super komite yang telah dibentuk.

Alhasil, kondisi kedunya pun berimbas ke negara lain, seperti China, India, Brazil, hingga Meksiko. Misalnya di China, khususnya di bidang properti ada upaya mengendalikan inflasi dengan pengetatan uang. India pun kondisi juga demikian buruk. Boediono menerangkan, biasanya, pertumbuhan ekonomi India biasanya bisa mencapai 9 persen lebih, kini diprediksi hanya bisa sekitar 6 persen.

"Tapi cerita utamanya di Eropa," tegas Boediono.

Sementara itu, kata dia, kondisi Indonesia masih dalam keadaan yang baik di tengah-tengah gejolak krisis global. Indonesia pun punya modal politik dan ekonomi yang stabil. Baik itu jangka menengah dan jangka panjang. "Indonesia harus memposisikan dirinya dari tren besar ini. Kita maunya di mana," tambah Boediono.

Indonesia berada di antara wilayah Asia Tenggara yang sekarang sedang menunjukkan dirinya di percaturan dunia. Sekalipun ekonomi Indonesia masih menunjukkan kondisi yang baik, ia mengingatkan tetap perlu kewaspadaan. Ini karena Indonesia hidup dalam komunitas ekonomi global. "Bukan pesimisme tapi waspada," tegas dia.

Kewaspadaan ini juga bisa dipersiapkan dari pengalaman krisis tahun 1997/1998 dan 2008. Dengan begitu, ia pun berharap krisis tidak berkembang menjadi lebih berat. Sebagai solusi, ia menyebutkan ekonomi dan politik harus saling mendukung. Kebijakan fiskal pun (compact fiscal) harus disiapkan sebagai bagian dari antisipasi krisis.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com