Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ekonom: Lebih Baik CNG ketimbang LGV

Kompas.com - 13/01/2012, 16:30 WIB
Ester Meryana

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Ekonom Universitas Gadjah Mada, Anggito Abimanyu, menyampaikan, pemerintah harus memilih salah satu bahan bakar gas, apakah itu LGV (Liquid Gas for Vehicle) atau CNG (Compressed Natural Gas) sebagai salah satu opsi pembatasan bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi yang sedianya dilakukan pada awal April 2012.

Pasalnya, dari sisi teknis dan investasi kedua jenis gas tersebut berbeda. "Masih terjadi dualisme antara LGV dan CNG. CNG seolah-olah swasta yang mendorong, LGV seolah-olah Pertamina yang mendorong," ujar Anggito, dalam konferensi pers, di Jakarta, Jumat (13/1/2012).

Ia berharap, pemerintah dapat memilih salah satunya. Dengan pertimbangan sejumlah aspek, ia pun menyarankan pemerintah menggunakan CNG untuk peralihan BBM bersubsidi ke bahan bakar gas. "Kami menyarankan pemerintah menggunakan CNG saja jangan LGV," ujar dia.

Dari sisi harga, kata Anggito, CNG pun lebih murah, yakni Rp 4.100 setara 1 liter premium. Sementara itu, harga LGV itu mencapai Rp 5.600. Sementara itu, CNG lebih efisien dibandingkan LGV walaupun keduanya sama-sama aman. "Jadi kalau dengan pertimbangan pemerintah sebaiknya menggunakan satu (jenis bahan bakar gas) saja," tegas Anggito.

Dan, CNG lebih baik dipilih dengan karena aman, infrastruktur sudah berjalan, lebih efisien, juga murah. Seperti diwartakan, pemerintah akan membatasi konsumsi BBM bersubsidi per 1 April mendatang demi mengurangi beban subsidi. Mobil pribadi dihadapkan pada pilihan untuk menggunakan pertamax atau bahan bakar gas. Bahan bakar gas yang menjadi opsi bagi masyarakat adalah LGV dan CNG.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

IHSG Diperkirakan Melemah Hari Ini, Simak Anlisis dan Rekomendasi Sahamnya

IHSG Diperkirakan Melemah Hari Ini, Simak Anlisis dan Rekomendasi Sahamnya

Whats New
5 Cara Tarik Tunai DANA di Alfamart, IndoMaret, dan ATM

5 Cara Tarik Tunai DANA di Alfamart, IndoMaret, dan ATM

Spend Smart
Hari Buruh dan Refleksi Ketimpangan Gender

Hari Buruh dan Refleksi Ketimpangan Gender

Whats New
Punya Aset Rp 224,66 Triliun, LPS Siap Jamin Klaim Simpanan Bank Tutup

Punya Aset Rp 224,66 Triliun, LPS Siap Jamin Klaim Simpanan Bank Tutup

Whats New
Tak Lagi Khawatir Lupa Bawa Uang Tunai Berbelanja di Kawasan Wisata Samosir

Tak Lagi Khawatir Lupa Bawa Uang Tunai Berbelanja di Kawasan Wisata Samosir

Whats New
Info Limit Tarik Tunai BCA Sesuai Jenis Kartu ATM Lengkap

Info Limit Tarik Tunai BCA Sesuai Jenis Kartu ATM Lengkap

Spend Smart
3 Cara Tarik Tunai Tanpa Kartu BCA, Penting saat Lupa Bawa di ATM

3 Cara Tarik Tunai Tanpa Kartu BCA, Penting saat Lupa Bawa di ATM

Earn Smart
[POPULER MONEY] Serikat Pekerja Tuntut Naik Upah, Menaker Balik Tuntut Kenaikan Kompetensi | Luhut Janji Microsoft Tak Akan Menyesal Investasi Rp 27,6 Triliun di Indonesia

[POPULER MONEY] Serikat Pekerja Tuntut Naik Upah, Menaker Balik Tuntut Kenaikan Kompetensi | Luhut Janji Microsoft Tak Akan Menyesal Investasi Rp 27,6 Triliun di Indonesia

Whats New
Cara Bayar Tagihan FIF di ATM BCA, BRI, BNI, Mandiri, dan BTN

Cara Bayar Tagihan FIF di ATM BCA, BRI, BNI, Mandiri, dan BTN

Spend Smart
Bank Mandiri Tegaskan Tetap Jadi Pemegang Saham Terbesar BSI

Bank Mandiri Tegaskan Tetap Jadi Pemegang Saham Terbesar BSI

Whats New
Cek Jadwal Pembagian Dividen Astra Otoparts

Cek Jadwal Pembagian Dividen Astra Otoparts

Whats New
Syarat Ganti Kartu ATM Mandiri di CS Machine dan Caranya

Syarat Ganti Kartu ATM Mandiri di CS Machine dan Caranya

Whats New
Status Internasional Bandara Supadio Dihapus, Pengamat: Hanya Jadi 'Feeder' bagi Malaysia dan Singapura

Status Internasional Bandara Supadio Dihapus, Pengamat: Hanya Jadi "Feeder" bagi Malaysia dan Singapura

Whats New
Naik 36 Persen, Laba Bersih Adaro Minerals Capai Rp 1,88 Triliun Sepanjang Kuartal I-2024

Naik 36 Persen, Laba Bersih Adaro Minerals Capai Rp 1,88 Triliun Sepanjang Kuartal I-2024

Whats New
Jokowi Tambah Alokasi Pupuk Subsidi Jadi 9,55 Juta Ton di 2024

Jokowi Tambah Alokasi Pupuk Subsidi Jadi 9,55 Juta Ton di 2024

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com