JAKARTA, KOMPAS.com - Terkait dengan program pengurangan subsidi, ekonom INDEF, Aviliani mengatakan pemerintah seharusnya konsisten dengan program konversi BBM ke bahan bakar gas.
"Dengan memilih konversi maka pemerintah memberi pilihan. Bagi yang menginginkan bahan bakar murah silakan pilih gas, sebaiknya yang memilih pertamax atau premium juga dipersilakan tapi dengan harga non subsidi," katanya.
Dia mengatakan, dengan konversi dampak inflasinya juga lebih rendah. Pasalnya harga bahan bakar gas tidak terpaut jauh dengan harga premium bersubsidi yakni sekitar Rp 4.300 per Kg. Konversi harus diprioritaskan untuk kendaraan umum. Semua kendaraan umum seharusnya mendapatkan subsidi biaya konversi sebesar Rp 11 juta per mobil.
Aviliani mengatakan konversi energi meminimalisir penyelewengan. "Kalau masih ada dua produk BBM yang subsidi dan non subsidi potensi penyelewengannya akan semakin besar," tambahnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.