Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kadin: Waspadai Kebangkrutan Yunani

Kompas.com - 18/01/2012, 19:05 WIB
Haryo Damardono

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin) mengingatkan pemerintah dan dunia usaha untuk mewaspadai kebangkrutan Yunani.

Kendati hubungan dagang Indonesia dan Yunani tidak signifikan, dampaknya akan cukup serius bagi negara-negara Zona Euro yang selama ini menjadi salah satu mitra dagang terbesar Indonesia.

”Kita harus terus mencermati perkembangan Yunani karena pasti berdampak terhadap pasar modal. Para investor akan menarik dananya dan bersikap menunggu sehingga memengaruhi harga saham dan kurs dollar,” kata Wakil Ketua Umum Kadin bidang Organisasi Keanggotaan, Pemberdayaan Daerah dan Tata Kelola Perusahaan (OKP-TKP) Anindya N Bakrie, Rabu (18/1/2012), dalam siaran persnya.

Managing Director Sovereign and Supranational Group Fitch untuk Eropa, Timur Tengah, dan Afrika Edward Parker menyatakan, Yunani sedang bangkrut dan mungkin segera gagal bayar. Sebelumnya, lembaga pemeringkat Standar & Poor’s juga menyatakan Yunani akan segera mengalami gagal bayar.

Pernyataan dua lembaga pemeringkat berpengaruh itu dipastikan berdampak serius terhadap perekonomian dunia. Apalagi Fitch telah menurunkan peringkat investasi sejumlah negara Eropa, termasuk Perancis, yang merupakan salah satu negara dengan perekonomian terkuat di Zona Euro.

Menurut Anindya, krisis ekonomi di negara Eropa dan Amerika sangat berpengaruh terhadap ekonomi global. Target pertumbuhan ekonomi dunia tahun 2012 yang semula diperkirakan 4 persen hanya menjadi 3,8 persen.

Hal ini juga berpengaruh terhadap target pertumbuhan ekonomi Indonesia. Menurut asumsi APBN sebesar 6,7 persen, sedangkan perkiraan Kadin hanya sekitar 6,2 persen-6,4 persen. Eropa merupakan mitra dagang terbesar Indonesia setelah China, Jepang, dan Amerika Serikat.

Fokus ke pasar domestik

Untuk menjaga pertumbuhan ekonomi nasional, Anindya mengatakan, harus fokus pada pasar domestik karena konsumsi domestik yang tinggi mencapai 60 persen-65 persen produk domestik bruto.

”Jangan sampai pasar kita yang besar hanya dikuasai barang-barang impor. Statistik menunjukkan neraca perdagangan kita di tahun 2011 walaupun masih surplus, tapi sudah mulai menipis,” ujarnya.

Anindya menyarankan, para pengusaha Indonesia fokus pada beberapa sektor kebutuhan primer, seperti sandang, pangan, dan papan serta kebutuhan lain, seperti pendidikan, kesehatan dan hiburan.

”Pasar kita sangat besar. Penduduk kita yang berjumlah 237 juta jiwa lebih merupakan pasar yang potensial. Apalagi pendapatan per kapita Indonesia juga terus merangkak naik dan saat ini sudah sekitar 3.004.9 dollar AS,” tegasnya.

Selain pasar domestik, Anindya menyarankan agar mulai mencoba fokus mencari pasar ekspor alternatif, seperti negara-negara emerging market (Brasil, Rusia, India, China/BRIC), Timur Tengah, dan intra ASEAN. ”Ekspor Indonesia ke China dan India terus naik. China bahkan sekarang menjadi negara tujuan utama ekspor mengalahkan Jepang,” ujarnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Bank Sentral AS Sebut Kenaikan Suku Bunga Tak Dalam Waktu Dekat

Bank Sentral AS Sebut Kenaikan Suku Bunga Tak Dalam Waktu Dekat

Whats New
Panduan Cara Tarik Tunai Tanpa Kartu ATM BRI Bermodal BRImo

Panduan Cara Tarik Tunai Tanpa Kartu ATM BRI Bermodal BRImo

Spend Smart
PMI Manufaktur April 2024 Turun Jadi 52,9 Poin, Menperin: Ada Libur 10 Hari...

PMI Manufaktur April 2024 Turun Jadi 52,9 Poin, Menperin: Ada Libur 10 Hari...

Whats New
Siapa Hendry Lie, Pendiri Sriwijaya Air yang Jadi Tersangka Korupsi Timah Rp 271 Triliun?

Siapa Hendry Lie, Pendiri Sriwijaya Air yang Jadi Tersangka Korupsi Timah Rp 271 Triliun?

Whats New
Inflasi Lebaran 2024 Terendah dalam 3 Tahun, Ini Penyebabnya

Inflasi Lebaran 2024 Terendah dalam 3 Tahun, Ini Penyebabnya

Whats New
Transformasi Digital, BRI Raih Dua 'Award' dalam BSEM MRI 2024

Transformasi Digital, BRI Raih Dua "Award" dalam BSEM MRI 2024

Whats New
Emiten Buah Segar BUAH Targetkan Pendapatan Rp 2 Triliun Tahun Ini

Emiten Buah Segar BUAH Targetkan Pendapatan Rp 2 Triliun Tahun Ini

Whats New
SYL Gunakan Anggaran Kementan untuk Pribadi, Stafsus Sri Mulyani: Tanggung Jawab Masing-masing Kementerian

SYL Gunakan Anggaran Kementan untuk Pribadi, Stafsus Sri Mulyani: Tanggung Jawab Masing-masing Kementerian

Whats New
Saat Sri Mulyani Sampai Turun Tangan Urusi Kasus Alat Tunanetra SLB yang Tertahan Bea Cukai

Saat Sri Mulyani Sampai Turun Tangan Urusi Kasus Alat Tunanetra SLB yang Tertahan Bea Cukai

Whats New
Emiten Manufaktur Kosmetik VICI Catat Pertumbuhan Laba Bersih 20 Persen Menjadi Rp 47,1 Miliar pada Kuartal I-2024

Emiten Manufaktur Kosmetik VICI Catat Pertumbuhan Laba Bersih 20 Persen Menjadi Rp 47,1 Miliar pada Kuartal I-2024

Whats New
Jalankan Fungsi Perlindungan Masyarakat, Bea Cukai Banten Berantas Peredaran Barang Ilegal

Jalankan Fungsi Perlindungan Masyarakat, Bea Cukai Banten Berantas Peredaran Barang Ilegal

Whats New
Impor Bahan Baku Tepung Kini Cukup dengan Dokumen Laporan Surveyor

Impor Bahan Baku Tepung Kini Cukup dengan Dokumen Laporan Surveyor

Whats New
BUAH Bakal Tebar Dividen, Ini Besarannya

BUAH Bakal Tebar Dividen, Ini Besarannya

Whats New
Kementerian ESDM Tetapkan Harga Biodiesel Naik Jadi Rp 12.453 Per Liter

Kementerian ESDM Tetapkan Harga Biodiesel Naik Jadi Rp 12.453 Per Liter

Whats New
Erupsi Gunung Ruang, Bandara Sam Ratulangi Masih Ditutup Sampai Hari Ini

Erupsi Gunung Ruang, Bandara Sam Ratulangi Masih Ditutup Sampai Hari Ini

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com