Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bank Mutiara Ditawar Rp 6,75 T, Pengamat Anggap Lelucon

Kompas.com - 08/02/2012, 15:12 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Ada langkah mengejutkan yang dilakukan Yawadwipa Companies. Perusahaan investasi yang baru saja berdiri bulan lalu itu tiba-tiba mengajukan penawaran pembelian PT Bank Mutiara Tbk (dahulu bernama Bank Century) dengan harga sangat tinggi, yakni Rp 6,7 triliun.

Terang saja, langkah Yawadwipa ini sangat mengejutkan dan banyak mengundang tanda tanya. Banyak yang menanggapi dengan skeptis. Bahkan tak sendikit yang menuding keinginan Yawadwipa ini mencari sensasi. Sebab penawaran senilai dana talangan yang berikan oleh pemerintah untuk menyelamatkan bank tersebut dinilai terlalu tinggi.

"Saya skeptis dengan rencana tersebut karena lembaga tersebut masih baru. Tidak punya track record. Duitnya darimana? Jangan-jangan money laundering," ujar pengamat perbankan Tony Prasetiantono, Selasa (7/2/2012).

Komentar miring juga datang dari Wakil Ketua Komisi XI DPR RI Achsanul Qasasi. Menurutnya, itu hanya cari sensasi. "Enggak ada orang atau perusahaan di dunia ini yang mau beli bank bukannya datang ke pemiliknya tetapi malah gembar-gembor ngomong ke koran. Terkesan cari sensasi saja, kalau memang niat beli, datang ke LPS bawa letter of intent, bicara dan buat pra due dilligence," katanya.

Ekonom Dradjad Wibowo menilai penawaran yang diajukan Yawadwipa merupakan lelucon karena banyak persyaratan yang tidak terpenuhi oleh perusahaan equity fund itu. "Saya sih menganggap penawaran tersebut sebagai lelucon. Persyaratan administratif, Yawadwipa tidak memenuhi. Dia baru berdiri 2012, sementara pembeli Bank Century harus sudah bergerak di perbankan selama minimal tiga tahun yang dibuktikan dengan laporan keuangan," tutur Dradjad.

Meski ditanggapi secara skeptis, Presiden Direktur Yawadwipa C. Christopher Holm menyatakan optimismenya. Menurut Christopher, pihaknya mempunyai visi untuk Bank Mutiara ini, yakni akan dijadikan bank kelas regional pertama di Indonesia seperti bank asal Malaysia yakni CIMB dan Maybank. "Mutiara bisa menjadi bank pertama di Indonesia yang berkelas regional seperti CIMB dan Maybank asal Malaysia. Memang akan banyak tantangan yang dihadapi ke depan," kata Holm, Selasa (7/2/2012).

Diakui Holm, sebelum memutuskan untuk membeli Bank Mutiara seharga 750 juta dollar AS atau sekitar Rp 6,75 triliun, Yawadwipa telah secara menyeluruh melihat kinerja operasi dan keuangan bank eks Century yang jadi korban krisis di 2008 ini. "Kami siap untuk bekerjasama dengan manajemen Bank Mutiara soal rencana pembelian ini serta untuk menyiapkan strategi inisiatif soal langkah-langkah ke depan. Kami ingin bank ini menjadi kuat secara bisnis," jelas Holm.

Holm juga mengaku ketertarikannya membeli Bank Mutiara karena terinpirasi sukses BCA. Yawadwipa baru saja berdiri awal tahun 2012. Saat ini perusahaan tersebut masih menyusun tim dan dana untuk akuisisi Bank Mutiara. Namun sayangnya, tidak disebutkan sumber pendanaan untuk aksi korporasi tersebut.

Yawadwipa memiliki dua kantor, yaitu di Jakarta dan Singapura. Alamat lengkap kantor Jakarta di Menara 2 lantai 17 Gedung Bursa Efek Indonesia (BEI). Sementara kantornya di Singapura terletak di Singapore Land Tower lantai 37 di jalan 50 Raffles Place.

Bank Mutiara memang sudah lama akan dijual oleh pemerintah. Pemerintah melalui Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) menguasai 99,996 persen saham Bank Mutiara melalui bailout senilai Rp 6,7 triliun. Pemegang saham lama terdilusi paksa menjadi hanya sebesar 0,004 persen dan akan hilang setelah dijual nanti. Hingga akhir 2011, LPS menyampaikan Bank Mutiara memperoleh laba Rp 291 miliar (unaudited). Angka ini naik dari tahun sebelumnya Rp 218 miliar. (Sugiyarto)

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com