Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Upah Pekerja Belum Layak?

Kompas.com - 09/02/2012, 14:10 WIB
Ester Meryana

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Menurut survei yang diadakan Organisasi Buruh Internasional (ILO), para pekerja menilai pemerintah belum dapat menerapkan upah layak dengan baik.

"Survei pekerja mengungkapkan sebuah persepsi yang negatif terhadap kinerja dan kapasitas pemerintah dalam memastikan kesejahteraan masyarakat," ujar Spesialis Senior untuk Program Aktivitas Pekerja ILO Jenewa, Mohammed Mwamadzingo, dalam peluncuran survei ILO terbaru mengenai persepsi pekerja terhadp faktor-faktor pendukung keberlanjutan usaha di Indonesia, Jakarta, Kamis ( 9/2/2012 ).

Survei yang diadakan ILO pada tahun lalu ini memperlihatkan 57,4 persen pekerja yang disurvei percaya pemerintah tidak menerapkan upah yang layak dengan baik. Persepsi ini didasari asumsi mereka bahwa upah yang layak setara dengan upah minimum sektoral provinsi (UMSP).

Hanya 25,5 persen pekerja yang menjawab pemerintah telah memberlakukan upah yang layak. Menurut survei ILO terhadap pekerja yang telah bekerja selama lebih dari 10 tahun ditemukan fakta bahwa UMSP yang pekerja terima setiap bulan tidak cukup untuk menutupi kebutuhan mereka dan keluarganya. Ketidakcukupan ini karena tingginya biaya hidup di Jakarta.

Survei Pusat Analisis Sosial (AKATIGA) tentang upah pekerja tekstil dan garmen di Indonesia menghasilkan temuan yang sama. Upah minimum yang ditetapkan pemerintah ternyata hanya mampu menutup 62,4 persen biaya aktual rata-rata pekerja.

Mwamadzingo pun menambahkan, selain upah layak, pekerja juga menilai pemerintah belum berhasil menciptakan lapangan kerja yang dan mengontrol harga-harga barang pokok. Sebanyak 85,3 persen responden menganggap pemerintah buruk dalammempertahankan harga barang pokok stabil. "Survei ini (juga) memperlihatkan lebih dari 70 persen responden percaya pemerintah belum berhasil menciptakan lapangan pekerjaan," pungkasnya.

Untuk diketahui saja, laporan ILO ini berisi penilaian tentang lingkungan yang kondusif untuk perusahaan yang berkelanjutan di Indonesia, yang didasari pada metodologi komprehensif dan fleksibel. Laporan ini dihasilkan dengan menggunakan 17 persyaratan yang digolongkan dalam elemen politik, ekonomi, sosial dan lingkungan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Capai 12,5 Persen, Pertumbuhan Ekonomi Dua Wilayah Ini Tertinggi di Indonesia

Capai 12,5 Persen, Pertumbuhan Ekonomi Dua Wilayah Ini Tertinggi di Indonesia

Whats New
Per Februari 2024, Jumlah Pengangguran RI Turun Jadi 7,20 Juta Orang

Per Februari 2024, Jumlah Pengangguran RI Turun Jadi 7,20 Juta Orang

Whats New
Pembangunan Infrastruktur di Australia Jadi Peluang untuk Produsen Baja Lapis RI

Pembangunan Infrastruktur di Australia Jadi Peluang untuk Produsen Baja Lapis RI

Whats New
KAI Ubah Pola Operasi, 21 Kereta Berhenti di Stasiun Jatinegara

KAI Ubah Pola Operasi, 21 Kereta Berhenti di Stasiun Jatinegara

Whats New
Kejar Target 1 Juta Barrel Minyak, Industri Hulu Migas Hadapi Keterbatasan Rig

Kejar Target 1 Juta Barrel Minyak, Industri Hulu Migas Hadapi Keterbatasan Rig

Whats New
PGN Suplai Gas Bumi untuk Smelter Tembaga Freeport

PGN Suplai Gas Bumi untuk Smelter Tembaga Freeport

Whats New
KKP Kembangkan Jejaring Perbenihan Nasional Ikan Nila

KKP Kembangkan Jejaring Perbenihan Nasional Ikan Nila

Whats New
Kemenhub Evaluasi Pola Pengasuhan di STIP Jakarta

Kemenhub Evaluasi Pola Pengasuhan di STIP Jakarta

Whats New
Konsumsi Rumah Tangga Kembali Jadi Penopang Pertumbuhan Ekonomi Indonesia pada Kuartal I-2024

Konsumsi Rumah Tangga Kembali Jadi Penopang Pertumbuhan Ekonomi Indonesia pada Kuartal I-2024

Whats New
Frekuensi Perjalanan LRT Jabodebek Ditambah, Waktu Tunggu Lebih Cepat

Frekuensi Perjalanan LRT Jabodebek Ditambah, Waktu Tunggu Lebih Cepat

Whats New
Kepala Bappenas Sebut Pembangunan IKN Capai 80,82 Persen

Kepala Bappenas Sebut Pembangunan IKN Capai 80,82 Persen

Whats New
Simak Kurs Rupiah Hari Ini di BCA hingga BNI

Simak Kurs Rupiah Hari Ini di BCA hingga BNI

Spend Smart
Pabrik Sepatu Bata di Purwakarta Tutup, Bagaimana Prospek Sahamnya?

Pabrik Sepatu Bata di Purwakarta Tutup, Bagaimana Prospek Sahamnya?

Earn Smart
Ada Regulasi Ketransmigrasian Baru, Kemendes Sebut Sebagai Modal Pengembangan Transmigrasi Modern

Ada Regulasi Ketransmigrasian Baru, Kemendes Sebut Sebagai Modal Pengembangan Transmigrasi Modern

Whats New
Bagaimana Rekomendasi IHSG Pekan Ini? Simak Aneka Sentimen yang Memengaruhinya

Bagaimana Rekomendasi IHSG Pekan Ini? Simak Aneka Sentimen yang Memengaruhinya

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com