Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Industri Mamin, Jamu dan Kosmetik Prospektif

Kompas.com - 24/02/2012, 13:13 WIB
Stefanus Osa Triyatna

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Pengembangan industri makanan, minuman, jamu dan kosmetik ke depan masih mempunyai prospek yang baik, khususnya untuk memenuhi pasar dalam negeri dengan populasi jumlah penduduk Indonesia lebih dari 24 0 juta orang.

Apalagi, berdasarkan data Badan Pusat Statistik, pendapatan per kapita yang terus meningkat dari 1.946 dollar AS pada tahun 2007 menjadi lebih dari 3. 000 dollar AS pada tahun 2010 .

Menteri Perindustrian MS Hidayat di Kementerian Perindustrian dalam temu dengan sejumlah praktisi industri makanan dan minuman, serta jamu dan kosmetika, Jumat (24/2/2012), mengatakan, pengembangan industri ke depan harus fokus kepada penguatan seluruh rantai nilai, agar tercipta pembangunan industri yang berkelanjutan dengan struktur industri yang kuat serta menghasilkan nilai tambah yang tinggi.

Dalam pengembangan industri makanan dan minuman, salah satu peran strategisnya adalah penyediaan produk yang aman, bermutu, h igienis, dan bergizi. Aspek-aspek tersebut harus dipenuhi oleh para produsen makanan dan minuman , karena berhubungan langsung dengan kesehatan manusia yang mengkonsumsinya.

Hidayat mengatakan, untuk memenuhi aspek- aspek utama tersebut, langkah yang perlu dilakukan adalah melalui penerapan Cara Produksi Pangan Olahan Yang Baik (CPPOB), Hazard Analysis and Critical Control Point (HACCP), dan penerapan SNI serta penerapan Standar Pangan Internasional lainnya (Codex Alimentarius).

Dengan menghasilkan pangan yang bermutu, bergizi dan aman untuk dikonsumsi, kepercayaan masyarakat akan meningkat, sejalan dengan kecenderungan konsumsi masyarakat yang mengarah untuk mengkonsumsi produk-produk makanan dan minuman yang lebih alami.

Sementara u ntuk meningkatkan mutu dan daya saing industri jamu harus menerapkan Cara Produksi Obat Tradisional Yang Baik (CPOTB) dan industri komestik menerapkan Cara Produksi Kosmetik Yang Baik (CPKB). Hal ini terkait dengan kesepakatan diantara negara-negara ASEAN dalam penerapan ASEAN Cosmetic Directives (ACD).  

"Untuk itu perlu adanya pengembangan riset bahan baku dan teknologi proses produksi jamu dan kosmetik secara terus-menerus," kata Hidayat.     

 

 

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com