Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tanpa Kaki, Sugeng 'Terbang Tinggi'....

Kompas.com - 27/02/2012, 15:07 WIB
Slamet Priyatin

Penulis

KENDAL, KOMPAS.com - Keterbatasan fisik tak selamanya membatasi seseorang untuk berbuat lebih banyak, atau bahkan 'terbang tinggi' dan berprestasi di suatu bidang tertentu. Sugeng Priyono (35) bisa menjadi salah satu contoh kongkrit yang ada saat ini. Perajin gitar yang tinggal di RT 2 RW 1 Mijen Merbuh Singorojo, Kendal, Jawa Tengah itu sejak lahir tak memiliki kaki. Namun kini ia bisa mengembangkan usahanya dengan sangat baik.

Kuncinya, menurut jebolan SMPN Merbuh yang lahir dari pasangan suami istri Yakub dan Sumiah adalah tidak kecil hati dengan keadaannya fisiknya. Bahkan, cacat di kedua kakinya itu, dijadikan sebagai motivasi untuk bisa berbuat lebih baik. Sugeng kini mampu membuat gitar elektrik dengan kualitas yang tidak kalah dengan produk yang ada di pasaran.

Terbukti, banyaknya pemusik lokal dari daerah Kendal dan sekitar Semarang yang memburu karyanya tersebut. Selain kualitas, tentu harga gitar ini relatif lebih murah.  "Ini adalah anugerah Tuhan. Sebab di balik kekurangan tubuh saya, saya mempunyai keahlian yang jarang dipunyai oleh orang lain," ungkapnya bangga.

Diakui oleh bujang kelahiran Kendal, 10 Oktober 1977 ini, meskipun peminat gitar buatannya biasa datang dari Kendal dan Semarang, namun ada juga pemesan dari Yogjakarta, Solo dan Jakarta. Mereka tahu tempatnya, dari mulut ke mulut. Di samping itu, dari brosur brosur yang disebarkan, ketika ada festival band. "Itu cara saya mempromosikan gitar buatan saya. Alhamdulillah, dengan cara demikian, setiap bulan ada sekitar 5 sampai 7 pemesan yang datang ke rumah saya," jelasnya.

Harga sebuah gitar, sangat tergantung spare part-nya. Kalau PU (spool)-nya buatan Korea sampai Rp. 1,5 juta lebih. Tapi kalau PU-nya lokal, harganya hanya sekitar Rp 1 juta. Menurutnya, Inti dari gitar elektrik ada di PU. Semakin bagus PU semakin mahal harganya. Sedang untuk harga gitar akuistik, ada yang mencapai Rp 800 ribu. "Semua tinggal pemesannya," terangnya.

Kayu yang baik untuk membuat gitar adalah kayu Mahoni. Selain menghasilkan suara yang lebih baik, kayu mahoni tidak cepat melengkung dan seratnya bagus. Kayunya juga tidak begitu berat. Lain dengan kayu Jati. Meskipun seratnya lebih bagus, namun kalau sudah jadi gitar bobotnya menjadi berat. Kesulitan lainnya, mencari kayu jati tua, selain harganya mahal juga sulit didapat. "Untuk mencari kayu Mahoni, di desa saya masih cukup mudah. Masih banyak penduduk yang punya pohon Mahoni," katanya.

Keahlian Sugeng dibidang perkayuan didapat dari ayahnya, Yakub. Seorang tukang kayu terkenal di desanya. Seringnya ia melihat sang ayah memasah dan memilih kayu yang baik, menjadikannya ahli di bidang perkayuan. Dasar mempunyai ide membuat gitar didapatkan sepulang dari menjalani pengobatan di Balai Pengobatan milik Yayasan Kristen Untuk Kesehatan Umum (YAKKUM ) Yogyakarta tahun 1994.

Untuk menjaga kualitas gitar elektrik buatannya, Sugeng tidak pernah memproduksinya secara masal. Ia lebih suka melayani pesanan. Meskipun ada juga beberapa gitar yang ia buat khusus dengan harga tinggi. "Saya lebih mengutamakan keinginan dan kepuasan pelanggan. Gitar yang saya buat sangat personal, satu gitar hanya untuk satu orang. Jadi kita merealisasikan keinginan dari pemesan, pemesan mau gitar yang bagaimana, saya buatkan," ujar Sugeng.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kejar Target 1 Juta Barrel Minyak, Industri Hulu Migas Hadapi Keterbatasan Rig

Kejar Target 1 Juta Barrel Minyak, Industri Hulu Migas Hadapi Keterbatasan Rig

Whats New
PGN Suplai Gas Bumi untuk Smelter Tembaga Freeport

PGN Suplai Gas Bumi untuk Smelter Tembaga Freeport

Whats New
KKP Kembangkan Jejaring Perbenihan Nasional Ikan Nila

KKP Kembangkan Jejaring Perbenihan Nasional Ikan Nila

Whats New
Kemenhub Evaluasi Pola Pengasuhan di STIP Jakarta

Kemenhub Evaluasi Pola Pengasuhan di STIP Jakarta

Whats New
Konsumsi Rumah Tangga Kembali Jadi Penopang Pertumbuhan Ekonomi Indonesia pada Kuartal I-2024

Konsumsi Rumah Tangga Kembali Jadi Penopang Pertumbuhan Ekonomi Indonesia pada Kuartal I-2024

Whats New
Frekuensi Perjalanan LRT Jabodebek Ditambah, Waktu Tunggu Lebih Cepat

Frekuensi Perjalanan LRT Jabodebek Ditambah, Waktu Tunggu Lebih Cepat

Whats New
Kepala Bappenas Sebut Pembangunan IKN Capai 80,82 Persen

Kepala Bappenas Sebut Pembangunan IKN Capai 80,82 Persen

Whats New
Simak Kurs Rupiah Hari Ini di BCA hingga BNI

Simak Kurs Rupiah Hari Ini di BCA hingga BNI

Spend Smart
Pabrik Sepatu Bata di Purwakarta Tutup, Bagaimana Prospek Sahamnya?

Pabrik Sepatu Bata di Purwakarta Tutup, Bagaimana Prospek Sahamnya?

Earn Smart
Ada Regulasi Ketransmigrasian Baru, Kemendes Sebut Sebagai Modal Pengembangan Transmigrasi Modern

Ada Regulasi Ketransmigrasian Baru, Kemendes Sebut Sebagai Modal Pengembangan Transmigrasi Modern

Whats New
Bagaimana Rekomendasi IHSG Pekan Ini? Simak Aneka Sentimen yang Memengaruhinya

Bagaimana Rekomendasi IHSG Pekan Ini? Simak Aneka Sentimen yang Memengaruhinya

Whats New
Kepala Bappenas: Selama 10 Tahun Terakhir, Pertumbuhan Ekonomi Stabil di Angka 5 Persen

Kepala Bappenas: Selama 10 Tahun Terakhir, Pertumbuhan Ekonomi Stabil di Angka 5 Persen

Whats New
Bank BJB Syariah Resmi Tergabung dalam Jaringan ”Link”

Bank BJB Syariah Resmi Tergabung dalam Jaringan ”Link”

Whats New
Soal Pabrik Sepatu Bata Tutup, Asosiasi: Pesanan Turun karena Lebaran

Soal Pabrik Sepatu Bata Tutup, Asosiasi: Pesanan Turun karena Lebaran

Whats New
Pabrik Sepatu Bata Tutup, Kemenaker: Semua Hak Karyawan Harus Diberikan

Pabrik Sepatu Bata Tutup, Kemenaker: Semua Hak Karyawan Harus Diberikan

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com