Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jangan Takut Bersaing!

Kompas.com - 05/03/2012, 12:28 WIB

KOMPAS.com - Apa yang sebetulnya dilakukan produsen Mie Sedaap ketika memasuki pasar? Ia melepas produknya dengan harga sedikit lebih murah dibandingkan dengan calon pesaing. Akan tetapi, sebetulnya bukan itu yang penting. Pendatang baru ini sudah melakukan survei lapangan lebih dulu. Ia melihat di mana letak kekuatan dan kelemahan mi yang sudah ada, dari situ ia melihat ceruk pasar yang masih terbuka.

Mie Sedaap di antaranya datang menyapa publik dengan mi soto. Publikasi dan iklan dilakukan dengan perencanaan matang. Segera komoditas ini mendapat sambutan besar publik. Rasanya oke dan harganya pun lebih murah dibandingkan dengan mi yang ada. Produsen selama ini tersengat oleh serbuan Mie Sedaap sehingga terjadi kompetisi yang amat ketat produsen mi cepat saji ini.

Dalam perkembangannya kemudian, mi yang ada tetap eksis dan bahkan masih memegang pangsa terbesar di Indonesia, tetapi tidak lagi semengilap dulu. Pangsanya, terutama untuk beberapa jenis, mulai tergerus oleh kehadiran Mie Sedaap ini. Inilah persaingan sehat yang terjadi di sebuah negara yang menekankan mekanisme pasar. Makna lain yang muncul adalah keberanian sebuah perusahaan untuk bertarung di panggung publik.

Tentu tidak hanya Mie Sedaap yang berani bersaing terbuka. Sejumlah produsen juga sangat berani melakukannya. Ketika kacang garing Dua Kelinci menjadi produk yang disukai, datang Kacang Garuda melakukan penetrasi pasar. Terjadi persaingan yang ketat dan ramai. Kacang Dua Kelinci masih tetap disukai penggemarnya, tetapi Kacang Garuda berkembang luar biasa. Diversifikasi produk Kacang Garuda luar biasa dan perusahaan ini bahkan melakukan ekspor ke puluhan negara. Kembali terbukti bahwa persaingan yang sehat memungkinkan siapa pun berkembang baik.

Perusahaan yang bergerak di bidang makanan ringan, misalnya roti, juga bersaing luar biasa. Produk A datang di pasar menengah ke atas dan menjadi produk masyhur. Lalu, datang produk B, C, D, dan E. Kelimanya bersaing ketat, kemudian terjadilah perubahan kekuatan dalam peta perotian, khususnya di Jakarta, Bogor, Tangerang, dan Bekasi. Ketika kelimanya mulai mapan, datang lagi sejumlah perusahaan roti dengan rasa yang sangat bersaing. Ada yang bertahan, ada pula yang pingsan, lalu pelan-pelan turun panggung.

Para usahawan agaknya terlampau terpaku pada produk-produk untuk kelas menengah ke atas. Padahal, ceruk pasar di masyarakat menengah ke bawah masih sangat terbuka. Laba memang agak tipis. Namun, karena peminatnya besar, roti jenis itu, misalnya roti Lauw, diterima pasar secara luas.

Bisnis memang selalu penuh pesona. Pesona itu di antaranya tampak pada pertarungan merebut ruang pasar yang sangat ketat, berkompetisi dalam alam kreativitas yang makin keras, ekuiti yang dibutuhkan makin besar. Kerap pula persaingan di lapangan diwarnai permainan mendebarkan serta lobi tingkat tinggi. Siapa yang kuat, memiliki strategi yang pas, dialah pemenang kompetisi itu. (Abun Sanda)

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com