Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Konversi Minyak ke Gas Sulit untuk Mobil

Kompas.com - 16/03/2012, 13:13 WIB
Ester Meryana

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - CEO EC-Think, Iman Sugema, mengatakan, konversi dari bahan bakar minyak ke bahan bakar gas untuk kendaraan roda empat atau mobil bukan perkara mudah. Menurut dia, konversi bahan bakar ini tak semudah konversi minyak tanah ke gas untuk alat masak kompor seperti yang sudah dilakukan.

"Berbeda dengan konversi minyak tanah ke elpiji. Pertama, komponen dibagikan dan, kedua, tabung disediakan gratis, sehingga masyarakat tinggal buang kompor minyak tanah dan pakai kompor gas yang dibagikan," ujar Iman dalam diskusi dengan wartawan terkait subsidi bahan bakar minyak (BBM), di Jakarta, Jumat (16/3/2012).

Ia mengatakan, mobil yang akan melakukan konversi dari BBM ke BBG harus datang ke bengkel untuk dilakukan pergantian komponen seperti alat konversi. Apalagi, kata dia, berbeda tahun, maka berbeda pula teknologi yang digunakan mobil, seperti sistem injeksi.

"Jadi semakin sulit untuk melakukan modifikasi karena berhubungan dengan sistem elektronik. Seperti mobil merek Xenia, kan ada micro computer-nya," tambah Iman.

Belum lagi masalah keamanan terkait penggunaan BBG yang harus dipastikan oleh pemerintah. Oleh karena itu, ia pun memandang sulit konversi dari BBM ke BBG untuk sektor transportasi.

"Kalau pengguna motor atau mobil harus ke bengkel dulu dan belum tentu Anda berani. Nanti (kalau) meledak, walaupun dijamin aman," pungkas dia.

Seperti diketahui, Pemerintah tetap menjalankan program konversi dari BBM ke BBG untuk mobil pribadi dan angkutan umum. Pemerintah pun akan lebih mengutamakan angkutan umum dalam konversi ini.

Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN), Armida Alisjahbana, mengatakan, pemerintah mengutamakan angkutan umum untuk melakukan konversi bahan bakar minyak bersubsidi ke bahan bakar gas.

"Kalau kendaraan umum (pakai) CNG (compressed natural gas), kalau kendaraan pribadi itu (pakai) LGV (liquid gas for vehicle). Tapi, kan prioritas tahap awal, karena enggak bisa sekaligus, itu angkutan umum (didahulukan)," ucap Armida, di Kantor Menko Perekonomian, Jakarta, Rabu (14/3/2012) lalu.

Armida mengatakan, angkutan umum menjadi prioritas karena kendaraan tersebut mempunyai trayek. Dengan adanya trayek, berarti angkutan umum mempunyai pool atau tempat perhentian.

"Jadi, lokasi SPBG (Stasiun Pengisian Bahan Bakar Gas)-nya itu bisa di pool atau dekat pool. Karena dia trayek," tambah Armida.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com