Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pengembangan Panas Bumi Terkendala Harga

Kompas.com - 20/03/2012, 17:08 WIB
Evy Rachmawati

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com- Bisnis pengembangan panas bumi (geothermal) berisiko tinggi pada tahap eksplorasi dan pengembangan lapangannya dan membutuhkan pendanaan yang besar. Untuk itu, pemerintah diharapkan dapat membantu dan mengurangi risiko pengembang dengan memperbaiki harga jual listrik dan uap.

Demikian disampaikan Presiden Direktur PT Pertamina Geothermal Energy Slamet Riadhy dalam diskusi terbatas di kantor redaksi Harian Kompas, Selasa (20/3), di Jakarta.

"Bisnis geothermal mempunyai risiko tinggi pada tahap eksplorasi dan pengembangan lapangannya (aktivitas hulu yaitu keberhasilan pemboran menghasilkan uap) dan membutuhkan pendanaan yang besar," kata dia.

Aspek teknis, kompetensi bisnis, serta kemampuan pendanaan menjadi tantangan bagi pengembang panas bumi. "Kami berharap pemerintah dapat membantu mengurangi risiko pengembang dengan memperbaiki harga jual listrik dan uap. Hal ini mutlak dilakukan untuk percepatan dan berhasilnya pengembangan geothermal di Indonesia," ujarnya.

Harga jual uap Lahendong unit 1, misalnya, sebesar 3 sen dollar AS per kWh, sedangkan harga jual listriknya 6 sen dollar AS per kWh.  

Selain itu, pemerintah diminta mempermudah perizinan pengembangan panas bumi di kawasan hutan konservasi, dan perlu satu pemahaman pemerintah pusat serta pemerintah daerah mengenai kegiatan panas bumi, dan butuh kebijakan fiskal berupa pembebasan bea masuk dan pajak dalam rangka impor.

"Sinergi dengan PLN dalam mempercepat pengembangan geothermal perlu ditingkatkan," kata dia.

Menurut Slamet, energi geothermal Indonesia mempunyai potensi terbesar di dunia, diperkirakan lebih dari 28.000 Mega Watt (sekitar 40 persen dari potensi dunia), atau setara dengan 1,1 juta barrel minyak per hari, sehingga merupakan pilihan energi yang harus dikembangkan.

Hal ini bertujuan agar Indonesia mempunyai ketahanan dan kemandirian energi secara jangka panjang, terbarukan, ramah lingkungan, mengurangi ketergantungan terhadap bahan bakar minyak, dan mendorong laju perekonomian nasional.

Meskipun Indonesia saat ini baru 1.214 MW yang sudah dikembangkan (di urutan ketiga negara pemanfaat energi geothermal), dengan mempercepat pengembangan, pada tahun 2015-2016, dengan kapasitas produksi lebih dari 4.400 MW.  

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com