Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Indonesia Paling Proimpor

Kompas.com - 02/04/2012, 09:53 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Indonesia merupakan negara yang paling bebas membuka pelabuhan impor. Hal itu setidaknya jika dilihat dari jumlah pintu masuk produk impor untuk buah dan sayur. Tak heran apabila saat ini 60 komoditas dari 40 negara membanjiri pasar Indonesia.

Hal ini terungkap dalam unjuk bincang (talk show) bertajuk ”Perlindungan dan Akselerasi Ekspor Produk Pertanian”, Minggu (1/4/2012) di Jakarta.

Unjuk bincang ini merupakan rangkaian pameran Agrinex 2012 yang kali ini bertema ”Agribusiness For All”. Pameran Agrinex ke-6 ini terselenggara hasil kerja sama Kementerian Pertanian, Institut Pertanian Bogor, dan PT Performax.

Menurut Kepala Pusat Karantina Tumbuhan dan Keamanan Hayati Nabati Kementerian Pertanian Arifin Tasrif, sampai saat ini Indonesia baru mampu mengekspor tujuh macam buah. Buah Indonesia baru bersaing di ASEAN, China, dan Timur Tengah.

Untuk bisa mengekspor manggis ke Australia, butuh waktu tujuh tahun bagi Indonesia. Ada proteksi dari Australia terhadap petaninya sehingga produk buah Indonesia sulit masuk. Hal yang sama juga dilakukan Amerika Serikat.

Sejumlah upaya dilakukan negara-negara lain untuk melindungi petaninya. China hanya menyediakan satu pintu untuk menerima produk impor. Eropa hanya melalui negara Belanda. Produk halal ke Eropa juga hanya ke Belanda.

Berbeda dengan negara-negara itu, Indonesia membuka delapan pintu masuk. Indonesia merupakan negara yang paling bebas membuka pelabuhan. Ke depan, Badan Karantina Pertanian menjadi palang pintu utama guna mengontrol masuknya produk pertanian impor; baik terkait hama penyakit maupun dari aspek keamanan pangan.

Wakil Menteri Pertanian Rusman Heriawan dalam kesempatan terpisah menyatakan, kebutuhan buah masyarakat Indonesia kian beragam dan berkualitas. Di sisi lain, Indonesia sama sekali belum memiliki perkebunan buah dalam skala luas.

Rusman menyatakan, konsep perkebunan skala luas yang perlu dikembangkan bukan dengan menyerobot lahan petani-petani kecil oleh perusahaan besar, melainkan membangun jaringan petani di hulu. ”Inilah yang harus dikembangkan,” katanya.

Tantangan produksi buah sekarang adalah bagaimana memenuhi permintaan buah sepanjang waktu. Karena itu, harus ada pendekatan teknologi. Tren peningkatan impor buah juga terjadi ketika produk lokal sedang langka. Akan tetapi, kalau produksi buah lokal meningkat, impor turun.

Sekretaris Jenderal Induk Koperasi Tani dan Nelayan Suryo Bawono menyatakan, ada strategi teknis yang bisa dilakukan oleh pemerintah daerah dalam melindungi petaninya.

Di Jawa Timur, misalnya, pemerintah provinsi mengeluarkan peraturan gubernur yang melarang peredaran buah dan sayur impor di pasar tradisional. Kebijakan itu juga mengatur lalu lintas buah dan sayur impor.

Apabila di Kabupaten Malang panen mangga, mangga impor dilarang beredar. Pemerintah daerah juga mewajibkan hanya buah dan sayur lokal yang boleh dijual di pasar tradisional. (MAS)

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com