Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mantan Menhub Pandang Positif "Open Sky"

Kompas.com - 05/04/2012, 17:11 WIB
Ester Meryana

Penulis

MEDAN, KOMPAS.com - Mantan Menteri Perhubungan, Jusman Syafii Djamal, memandang positif pembukaan wilayah udara antaranggota negara ASEAN (ASEAN Open Sky) yang direncanakan berlangsung mulai tahun 2015.

Menurut dia, pertumbuhan jumlah penumpang pesawat di Indonesia bisa semakin besar seiring dengan berlangsungnya open sky tersebut.

Jusman mengatakan, sekarang ini pertumbuhan penumpang di Indonesia bisa mencapai sekitar 19 persen per tahunnya. Beda tipis dengan pertumbuhan penumpang di China dengan 20 persen.

Apalagi, kata dia, Bandara Soekarno-Hatta adalah bandara terpadat ke-12 di dunia.

"Kalau open sky malah meningkat (pertumbuhan penumpangnya) karena sebetulnya kan open sky menyediakan jumlah kursi," sebut Jusman kepada Kompas.com, di Medan, Kamis (5/4/2012).

Ia menjelaskan, penumpang akan tumbuh seiring dengan pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Kondisi ekonomi yang baik akan meningkatkan kemampuan atau daya beli masyarakat.

"Jadi dia dengan adanya open sky itu pertumbuhan jumlah kursi akan malah menaikkan pertumbuhan dari penumpang," tambah Komisaris Utama Mandala Airlines ini.

Lalu, keberadaan open sky juga tidak akan mengancam maskapai nasional sekalipun pasar penerbangan domestik akan kedatangan maskapai asing dari negara-negara anggota ASEAN. Ia yakin maskapai nasional akan berbenah menghadapi persaingan antarmaskapai.

"Tapi kan kita punya contoh kayak Lion Air kan tumbuh bagus. Terus juga partnership antara Mandala dengan Tiger Airways ini kan kita tetap dominannya orang Indonesia dengan 51 persen (sahamnya). Karena itu saya kira masih bagus. Ada Batavia Air, Sriwijaya Air, Garuda Indonesia saya kira mungkin membaik," papar Jusman.

Lagipula, kata dia, tidak serta-merta maskapai asing bisa masuk dan beroperasi dengan mudah di Tanah Air. Ada ketentuan yang disebut asas cabotage. Dalam asas itu maskapai yang mengambil rute dalam negeri harus maskapai nasional di mana sebesar 51 persennya sahamnya dimiliki orang lokal.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com